Bab I
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin,
banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala
puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir dari MANAJEMEN KELAS INI”.
Meskipun
penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata
penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Batusangkar mei 2013
K.A.D.R.I
11 104 056
11 104 056
BAB II
JUDUL 1.
“MEMBANGUN
KOMITMEN DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN KELAS”
- Konsep Displin (komitmen)
Secara etimilogi kata “disiplin” berasal dari bahasa Latin “discipline”
yang berarti “intruksi”. Selain itu
kata “disiplin” juga berarti “to learn/belajar” dengan
turunan kata ”discipulus” yang berarti murid. Jadi, pengembangan konsep
disiplin melalui belajar mengajar dimaksudkan agar melalui belajar mengajar
anak didik dapat mengembangkan disiplin akan dirinya sendiri.
Sedangkan secara terminologi, sebagaimana diungkapkan oleh para ahli
disiplin berarti:
1.
Burrup dalam bukunya “Modren
High School Administration” : “The connetation of discipline are
varied. Dictionaries refer to it as punishment, control informed, obidience
training inteligent behavior and in other semilair term”.
2.
Elsbree dalam bukunya “Leadership
in Elementary Schdool Administration and Supervision” : “He should
accept the philosophy that discipline any action have two purpose”.
3.
Chester Harris : “Discipline
refers fundamentally to the principle that each organisme learns in some degree
to control it self so as to con form to the forces arouud it with wich it has
experiences”.
4.
Defenisi ini memberi beberapa
unsur pengertian yaitu:
a.
Berisi moral yang mengatur tata
kehidupan
b.
Pengembangan ego dengan segala
masalah instrinsik yang mengharuskan orang untuk menentukan pilihan
c.
Pertumbuhan kekuatan untuk memberi
jawaban terhadap setiap aturan yang disampaikan
d.
Penerimaan autoritas ekstramal
yang membantu seseorang untuk membentuk kemampuan dan keterbatasan hidup.
5.
Robert E. Quin Cs dalam
Prawirosentono (1999:32) mengatakan: “Discipline implies obedience and
respect for the agreement between the firm and its employee. Discipline also
involves sanction judiciously applied”.
6.
Prawirosentono (1999:31)
mengemukakan bahwa secara umum disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan
yang berlaku.
7.
Menurut Suradinata (1996:150),
disiplin pada dasarnya mencakup pelajaran, patuh, taat, kesetiaan, hormat
kepada ketentuan/peraturan/norma yang berlaku.[1]
8.
Selain itu Olive mengemukakan
bahwa disiplin mengandung beberapa pengertian, diantaranya:
a.
The creation and presenvasion
of condition assential to work (kreasi dan persiapan kondisi pokok untuk
bekerja)
b.
Self control (kontrol diri)
c.
Prepation for a dult (persiapan
sebagai warga negara yang dewasa)
d.
Intellegence and borning (penurutan
yang sadar)
e.
Training and borning acceptable
behavior (melatih dan belajar tingkah laku yang dapat diterima)
f.
Sejumlah pengontrolan guru
terhadap murid
g.
Penurutan yang dipaksakan
h.
Pengontrolan dan pengarahan energi
yang menghasilkan tingkah laku yang produktif.
Jadi, disiplin adalah sikap mental untuk melakukan hal-hal yang
seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu. Dalam arti
lain, disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan seseorang dalam mengikuti
peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada
hatinya. [2]
Macam-macam disiplin adalah:
a.
Disiplin tradisional yaitu
disiplin yang bersifat menekan, menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya
merusak penilaian yang terdidik.
b.
Disiplin modren yaitu pendidikan
hanya menciptakan situasi yang memungkinkan agar si terdidik dapat mengatur
dirinya.
c.
Disiplin liberal yaitu disiplin
yang diberikan sehingga anak merasa memiliki kebebasan tampa batas.[3]
Disiplin juga digolongkan beberapa
macam lainnya, yaitu:
a.
Disiplin buatan guru
Bertujuan untuk menciptakan
situasi yang baik demi berlangsung PBM yang tertib. Dimana, situasi ini
diciptakan, dibina dan dikembangkan oleh guru dengan baik tampa melupakan kepentingan
siswa.
b.
Disiplin buatan kelompok
Dibuat oleh kelompok yang berisi aturan-aturan yang sama dan ditaati oleh
para aggotanya.
c.
Disiplin diri sendiri
Disiplin inilah yang akan membuat siswa menjadi mandiri, bertanggung
jawab serta matang berfikir terhadap dirinya sendiri, kelompok serta
masyarakatnya.
d.
Disiplin karena tugas
Semakin tinggi kedisiplinan seseorang maka semakin mudah baginya
menentukan keperluaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
e.
Disiplin asertif
Yaitu berupa suatu pendekatan yang membantu guru dalam melaksnakan
tugasnya sebagai pengelola kelas dengan penuh kepercayaan kepada dirinya.
Untuk dapat mengwujudkan disiplin yang tinggi, maka disiplin harus
memenuhi beberapa syarat, diantaranya:
a.
Bersifat berkesinambungan (kontinuitas)
dan konsisten
b.
Fleksibel (tidak otoriter)
c.
Adanya batas-batas yang pasti mana
yang boleh dan tidak boleh
d.
Kepastian hukum
e.
Adanya komunikasi (yang sehat dan
konstruktif tanpa unsur merendahkan dan melecehkan)
- Mendisain Peraturan (Learning Kontrak) Dalam Pembelajaran
Peraturan adalah sesuatu yang mengatur prilaku yang diharapkan terjadi
pada diri siswa.[4]
Jadi, dengan adanya peraturan dapat menghasilkan sebuah sikap dan prilaku yang
muncul dari siswa itu sendiri dengan kesadaran sendiri.
Dimana peraturan merupakan tatanan ketentuan yang dibuat untuk mengatur
siswa agar proses belajar mengajar dapat berlangsung efektif dan efesien. Dalam
mendesain peraturan pembelajaran ada beberapa peraturan yang harus diterapkan,
diantaranya:
a.
Sebelum pelajaran dimulai:
·
Siswa yang bertugas piket,
sebelum bel masuk berbunyi sudah harus membereskan ruangan dan menyediakan
perlengkapan yang diperlukan.
·
Setelah bel tanda masuk
berbunyi, siswa berbaris didepan kelas, kemudian mereka masuk dengan tertib ke
dalam kelas.
·
Siswa mengadakan upacara
penghormatan bendera dipimpin oleh guru.
·
Sebelum pelajaran dimulai,
siswa harus berdoa, dipimpin oleh ketua kelas.
·
Siswa yang datang terlambat
harus melapor terlebih dahulu kepada guru piket.
·
Guru mengabsen kehadiran
siswa dan siswa yang tidak hadir dituliskan pada daftar presensi berikut
alasannya (alpa, izin, atau sakit)
b.
Selama pelajaran berlangsung:
·
Siswa harus duduk dengan
rapi dan mengikuti pelajaran dengan seksama.
·
Bila tidak memahami
pelajaran diperkenankan untuk bertanya
tentang pelajaran yang diberikan.
·
Siswa dilarang mengerjakan
pekerjaan lain selain pelajaran yang bersangkutan.
·
Dengan seizin guru dan
kepala sekolah, apabila ada keperluan yang sangat penting siswa bisa keluar
meninggalkan pelajaran.
·
Siswa dilarang makan-makan,
merokok atau mengotori ruangan selama pelajaran berlangsung.
·
Siswa harus bersikap sopan
dan hormat kepada guru dan sesama siswa selama pelajaran berlangsung.
c.
Selama waktu istirahat:
·
Semua siswa harus
meninggalkan kelas.
·
Siswa betul-betul memamfaatkan waktu itu untuk istirahat.
·
Siswa tidak boleh
meninggalkan lingkungan sekolah tampa izin guru dan atau kepala sekolah.
·
Siswa tidak boleh melakukan
hal-hal yang membahayakan.
d.
Sesudah pelajaran berakhir:
·
Siswa hendaknya memberikan
hormat kepada guru, dipimpin oleh ketua kelas.
·
Siswa harus berdoa dipimpin
oleh ketua kelas.
·
Sebelum pulang, para siswa
harus meneliti perlengkapan pelajaran jangan sampai ada yang ketinggalan.
·
Petugas piket harus
membereskan ruangan kelas kembali dan meletakkan alat-alat yang digunakan pada
tempatnya semula.[5]
ANALISIS PRIBADI
1.
DISIPLIN
Dari makalah diatas terlihat jelas
bahwasanya pembiasaan disiplin pada diri anak penting karena dengan disiplin
dapat memantapkan peran social anak.Orang yang terlatih disiplin akan lebih
besar kemungkinannya meraih keberhasilan ketimbang orang yang tidak
disiplin. Dalam penanaman disiplin perlu peran orang tua di rumah maupun guru
di sekolah. Dalam pendisiplinan anak, banyak aspek-aspek yang berkaitan,
di antaranya adalah menyangkut peran orang tua dan guru
dalam pendisiplinan anak, penyesuaian diri anak dan penerimaan lingkungan
pada anak. Disiplin dapat dikatakan sebagai alat pendidikan bagi anak, sebab
dengandisiplin anak dapat membentuk sikap teratur dan mentaati norma aturan
yang ada
Jika anak sudah disiplin dalam
melakukan suatu hal, maka guru pun tidak payah lagi dalam pengelolaan kelas,
karena siswa telah sadar akan tanggung jawabnya sebagai seorang siswa. Dan akan
mendukungf kelancaran proses belajar mengajar.
2.
Mendisain Peraturan
(Learning Kontrak) Dalam Pembelajaran
Agar terciptanya sikap-sikap disiplin pada siswa, tentunya ada beberapa
factor pendukungnya, seperti mendisaign peraturan dalam belajar. Mendisain peraturan dalam pengelolaan kelas
merupakan suatu hal yang dapat menciptakan pembelajaran yang kondusif dan efektif.
Seharusnya peraturan yang di disain di bahas bersama-sama dengan peserta didik
bahkan bisa diserahkan kepada peserta didik sehingga akan timbul kesadaran pada
diri peserta didik karena peraturan yang akan dilanggar merupakan kesepakatan
dia sendiri. Maka jika dia melanggar dia akan menjalani hukuman dengan
kesadarannya sendiri, dan hendaknya hukuman yang diberikan bersifat mendidik
dan education. Dan menghilangkan hukuman yang dengan kekerasan, yang
menimbulkan kekesalan kepada siswa dan tidak ada manfaatnya bagi siswa.
Interaksi pembelajaran yang
ada di dalam kelas terjadi dua arah, yang pertama interaksi antara guru dengan
murid dan interaksi antara siswa dengan siswa. Dalam menjalin komunikasi
didalam kelas, setiap individu pasti akan melakukan suatu kesalahan, baik itu
disengaja ataupun tidak. Maka guru perlu untuk membuat kesepakata bersama
dengan siswa dalam bentuk sebuah kontrak belajar.
Saya pikir, setiap guru memang
harus membuat kontrak belajar pada suatu proses pembelajaran. Dengan adanya kontrak
belajar, maka guru dan siswa akan lebih mendisiplinkan diri masing-masing serta
tidak ada yang akan protes dengan hukuman yang diberikan ketika melanggar salah
satu kontrak yang telah disepakati bersama.
Menurut saya, kontrak belajar
bukanlah untuk mengekang kebebasan siswa karena kontrak belajar adalah segenap
peraturan yang telah disepakati secara musyawarah bersama didalam kelas.
Malahan akan lebih meningkatkan kedisiplinan siswa dalam pembelajaran.
Dengan adanya kontrak belajar,
saya pikir siswa akan lebih mengetahui batasan-batasan yang tidak boleh ia
langgar. Sehingga ia bisa lebih berhati-hati dalam berbuat sesuatu. Kalaupun ia
melanggar, ia juga telah mengetahui konsekwensi dari apa yang telah ia lakukan
JUDUL 2
“PENDEKATAN-PENDEKATAN
DALAM PENGELOLAAN / MANAJEMEN KELAS”
A.
Bentuk-bentuk Pendekatan dalam
Manajemen Kelas
Macam-macam pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas,
diantaranya:
1.
Pendekatan otoriter
Pendekatan ini memandang pengelolaan kelas sebagai
suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini
adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
Kedisiplinan adalah kekuatan yang
menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya.
Didalamnya ada kekuasan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota
kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
Kelebihan dari pendekatan ini adalah terciptanya suatu
disiplin tinggi dalam bentuk peraturan atau norma-norma yang harus ditaati
sehingga terciptanya suatu ketertiban di kelas.
Kelemahannya adalah pendekatan ini kurang efektif .
guru yang menganut pendekatan ini umumnya menganggap apa yang ia katakan adalah
mutlak benar. Guru dianggap yang paling tahu.siswa kurang diberi kesempatan
untuk mengemukakan dan mengembangkan ide atau buah pikirannya.
Contohnya:
Seorang guru langsung mengusir anak didiknya yang berbicara di kelas
tanpa mempertimbangkan alasan yang
diberikan anak didiknya tersebut. Guru menganggap anak didiknya tersebut tidak
disiplin.
2.
Pendekatan permisif
Pendekatan ini menganggap pengelolaan kelas sebagai
suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan apa
saja yang mereka kehendaki dalam proses
belajar mengajar. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan
anak didiknya. Pendekatan ini memandang kebebasan tersebut dapat mengembangkan
setiap potensi yang ada dalam diri anak didik.
Kelebihan pendekatan ini adalah proses pembelajaran
menjadi santai. Siswa merasa tidak terkekang dan tidak terpaksa dalam belajar.
Siswa diberi banyak kesempatan untuk mengemukakan dan mengembangkan ide atau
buah pikirannya.
Sedangkan kelemahannya adalah pendekatan ini tidak
realistis. Pendekatan ini dapat menghasilakan anak didik yang serba tidak
mamatuhi aturan, nilai budaya, dan agama baik dilingkungan rumah tangga atau
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Contohnya: Seorang guru membiarkan anak didiknya
makan-makan selama proses belajar mengajar berlangsung dengan anggapan bahwa
mereka akan lebih konsentrasi lagi dalam belajar mengajar.
3.
Pendekatan permisif
Pendekatan ini menganggap pengelolaan kelas sebagai
suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan apa
saja yang mereka kehendaki dalam proses
belajar mengajar. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan
anak didiknya. Pendekatan ini memandang kebebasan tersebut dapat mengembangkan
setiap potensi yang ada dalam diri anak didik.
. Pendekatan ini menganggap pengelolaan kelas sebagai
suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah
mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang
kurang baik.
Pendekatan ini cukup efektif untuk dilaksanakan karena
tingkah laku positif anak didik dapat terkembangkan sehingga tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
Kelemahannya yaitu siswa menjadi bergantung kepada
guru dalam mengembangkan sikap baiknya. Siswa tersebut akan teransang
bertingkah baik bila ada sebuah pujian dari guru dan sebagainya.
Contohnya: Guru memberikan pujian dan hadiah kepada anak
yang bertingkah laku baik dan memberikan sanksi kepada anak yang bertingkah
laku buruk dengan tujuan anak tersebut mengulangi perbuatannya itu lagi.
4.
Pendekatan sosio emotional climate
Pendekatan ini memandang pengelolaan kelas sebagai
proses penciptaan iklim atau suasana sosio-emosinal yang positif dalam kelas.
Pendekatan ini berasumsi bahwa belajar dapat dimaksimalkan apabila berlangsung
dalam suasana yang positif berupa pemantapan hubungan-hubungan sehat antar
pribadi didalam kelas, baik hubungan antara guru dan siswa maupun sesame siswa.
Pendekatan ini dapat diandalkan karena dapat
meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dengan adanya rasa
kebersamaan dan kepercayaan antara guru dan siswa, siswa tersebut akan
bersemangat dalam belajarnya. Namun bila guru tidak pintar-pintar dalam menjaga
kebersamaan dengan siswa, bias jadi guru yang dimanfaatkan oleh siswa.
Contohnya: Guru menghargai setiap ada anak didiknya
yang mengemukakan pendapatnya, walaupun pendapatnya itu kurang tepat.
5.
Pendekatan group process (kerja
kelompok)
Pendekatan group process adalah usaha guru
mengelompokkan anak didik kedalam beberapa kelompok dengan berbagai
pertimbangan individual sehingga terciptanya suasana kelas yang bergairah.
Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama
kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru
untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok
yang produktif, selain itu guru harus menjaga kondisi itu agar tetap baik.
Kelebihan pendekatan ini adalahdapat memantapkan dan
memelihara organisasi kelas yang efektif
berupa terciptanya keakraban antar sesama siswa. Pendekatan ini mengajari siswa
bertanggung jawab atas kelompoknya. Namun dalam pendekatan ini ditakutkan
adanya tindakan intimidasi dan sikuat
menekan silemah, maksudnya setiap tugas kelompok hanya dibebankan sebagian
orang saja.
Contohnya: Adanya bentuk kerja kelompok disetiap
pembelajaran dan setiap ada permasalahan dari seorang siswa, maka itu dianggap
permasalahan kelompok.
6.
Pendekatan electric approach
Pendekatan elektis disebut juga pendekatan
pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan
sesuatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan
efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai
dengan kemampuan dan kondisi.
Menurut Djamarah, pendekatan elektis adalah guru kelas
memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapi dalam
suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi yang lain
mungkin mengkombinasikan pendekatan-pendekatan tersebut.
Pendekatan ini mungkin lebih efektif karena cukup fleksibel, dimana guru memilih
dan menggabungkan secara bebas berbagai macam pendekatan sesuai dengan
kemampuan dan kondisi yang ada.
7.
Pendekatan kompetensi
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa
dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah
laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bias dicegah. Pendekatan
ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan
menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan
dan mengimplementasikan pealajaran yang baik.
Kelebihan pendekatan kompetensi ini adalah proses
pembelajaran disetting secara baik.
Contohnya: Sebelum masuk kelas, guru benar-benar
mempersiapkan diri baik penguasaan materi maupun mental untuk dapat menghadapi
anak didiknya.
8.
Pendekatan keterampilan proses
Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada proses, aktifitas, dan kreatifitas peserta
didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari. Pendekatan ini khusus pada cara
memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan
dalam kegiatan belajar mengajar
memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan.
Pendekatan keterampilan proses ini menekankan pada bagaimana siswa belajar,
bagaimana mengelola perolehannya, sehingga dipahami dan dapat dipakai seabagai
bekal untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya di masyarakat.
Pembelajaran berdasarkan pedekatan keterampilan proses
perlu memperhatikan hal-hal berikut yaitu:
a.
Keaktifan peserta didik didorong
oleh kemauan untuk belajar karena adanya
tujuan yang ingin dicapai.
b.
Keaktifan peserta didik akan
berkembang jika dilandasi dengan pendayagunaan potensi yang dimilikinya.
c.
Suasana kelas dapat mendorong atau
mengurangi aktifitas peserta didik . Suasana kelas harus dikelola dengan baik
agar dapat merangsang aktifitas dan kreatifitas belajar peserta didik.
d.
Dalam kegiatan pembelajaran, tugas
guru adalah memberikan kemudahan belajar melalui bimbingan dan motivasi untuk
mencapai tujuan.
9.
Pendektan lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik
melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini
berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik,
jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari
berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungannya.
Dalam pendekatan lingkungan, pelajaran disusun sekitar
hubungan dan faedah. Isi dan prosedur disusun hingga mempunyai makna dan ada
hubungannya antara peserta didik dengan lingkungannya. Pengetahuan yang
diberikan harus memberi jalan keluar bagi peserta didik dalam menanggapi
lingkungannya. Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta mendapatkan
pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada
dilingkungan sekitar, baik dilingkungan rumah maupun dilingkungan sekolah.
Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat
dilakukan dengan cara berikut:
a.
Membawa peserta didik kelingkungan
untuk kepentingan pembelajaran.
b.
Membawa sumber-sumber belajar dari
lingkungan ke sekolah.
10. Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning / CTL)
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual ini adalah
membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan
strategi daripada memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah
tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Pendekatan
kontekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui
kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar
mengetahui, mengingat, dan memahami.
Pendekatan kontekstual mendorong peserta didik
memahami hakekat., makna, dan manfaat belajar sehingga memungkinkan mereka
rajin dan termotivasi untuk belajar yang tenang dan menyenangkan, karena
pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat
mepraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya.
Contohnya: Guru memulai pembelajaran yang dimulai atau
dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanyajawab
lisan tentang kondisi aktual dalam kehidupan siswa (daily life).
11. Pendekatan tematik.
Pendekatan tematik ialah cara pengemasan pelajaran
dalam sebuah tema dari mata pelajaran. Sebuah tema bisa memuat beberapa bidang
keahlian yang dipelajari. Hasil akhir bukanlah hal yang utama melainkan pemaparan, pembukaan
cakrawala. Kemampuan yang diperoleh oleh
anak bisa jadi beragam, tidak harus sama pada setiap anak didik tersebut.
Keunikan masing-masing anak harus dihargai. Beberapa anak mungkin bisa membaca lebih
dahulu dari anak lain, dan sebagainya.
Pendekatan tematik adalah sebuah cara untuk tidak
membatasi anak dalam sebuah mata pelajaran dalam mempelajari sesuatu, misalnya: sambil belajar
mengenal hewan ia juga belajar mewarnai.
Analisis Pribadi
Menurut saya guru merupakan tenaga profesional
sehingga guru tidak disamakan dengan seorang tukang. Seorang tukang cukup
mengikuti petunjuk yang terdapat dalam buku petunjuk. Sementara seorang guru
peranannya sebagai pengelola aktivitas yang harus bekerja berdasar pada
kerangka acuan pendakatan manajemen kelas.
Mengelola kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada ketrampilan memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian yang beragam, ini tergantung pada sumber permasalahan.
Guru harus memiliki, memahami dan terampil dalam menggunakan macam-macam pendekatan dalam manajemen kelas, meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami dan dimilikinya dipergunakan bersamaan atau sekailgus. Dalam hal ini , guru dituntut untuk terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang menyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapi.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, maka dibutuhkanlah beberapa macam pendekatan yang telah dibahas dalam makalah diatas.
Mengelola kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada ketrampilan memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian yang beragam, ini tergantung pada sumber permasalahan.
Guru harus memiliki, memahami dan terampil dalam menggunakan macam-macam pendekatan dalam manajemen kelas, meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami dan dimilikinya dipergunakan bersamaan atau sekailgus. Dalam hal ini , guru dituntut untuk terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang menyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapi.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, maka dibutuhkanlah beberapa macam pendekatan yang telah dibahas dalam makalah diatas.
JUDUL 3
“KONSEP DASAR PENGELOLAHAN
KELAS”
1. Pengertian
Manajemen
kelas berasal dari bahasa inggris yaitu
“management”yang artinya pengelolahan, tata laksana, tata pimpinan Kelas adalah
sebuah ruangan yang di batasi oleh empat diding yang di gunakan dalam proses
belajar mengajar oleh sekelompok siswa yang pada waktu , tempat dan guru yang
sama dalam pembelajaran.
Oemar malik
berpendapat (2006 : 175)
bahwa kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan secara
bersama-sama dan mendapat pembelajaran dari gurunya
Jadi
manajemen kelas adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan guru di dalam kelas
,menciptakan ,mempertahankan ,dan menperbaiki kondisi kelas yang optimal
sehingaga menjadi efektif dan efesien yang meliputi tujuan pembelajaran ,waktu,
peralatan,fasilitas belajar dan
pengelompokan siswa dalam belajar
Terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu :
a. Masalah Individual :
·
Attention getting
behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
·
Power seeking behaviors
(pola perilaku menunjukkan kekuatan)
·
Revenge seeking
behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
·
Helplessness
(peragaan ketidakmampuan).
Keempat
masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau
perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi
juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.
b. Masalah Kelompok :
·
Kelas kurang kohesif,
karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
·
Penyimpangan dari
norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
·
Kelas mereaksi secara
negatif terhadap salah seorang anggotanya.
·
"Membombong” anggota
kelas yang melanggar norma kelompok.
·
Kelompok cenderung mudah
dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
·
Semangat kerja rendah atau
semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang
fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.
2. Tujuan Pengelolahan
Kelas
Menurut
suharsimi Arikunto (1992 : 178) Tujuan pengelolahan kelas yaitu agar setiap
anak di kelas dapat belajar dengan tertip
sehinga tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien[6].adapun tujuan pengelolahan
kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan.secara
umumtujuan pengelolahan kelas adalah penyedian fasilitas bagi bermacam-macam
kegiatan belajar siswa dalam lingungan sosial,emosianal,dan intelektualdalam
kelas
Adapun
tujuan pengelolahan kelas lainnya adalah:
a. Menghilangkan
berbagai hambatan yang dapat menhalangi terwujudnya lingungan sosial,emosional
dan intelektual siswa di kelas.
b. Membina dan
membimbing siswa sesuai dengan latar belakang ekonomi,sosial budaya serta
sifat-sifat individunya
c. Terciptanya suasana
atau kondisi belajar mengajar yang kondusif(lancar,di siplin, dan bergaira)
d. Terjadinya hubungan
baik antar guru dengan, siswa dengan siswa
Dari
pengertian dan tujuan tersebut menjelaskan pentingnya pengelolaan kelas yang
merupakan salah satu kemampuan dan keterampilan penting yang harus di kuasahi
oleh setip guru.
3. Kegiatan Pengelolahan
Kelas
a. mengatur orang
ü tingka laku
ü kedisiplinan
ü minat atau perhatian
ü gaira belajar
ü dinamika kelompok
b. mengatur vasilitas belajar
·
Kenyamanan
·
Letak duduk
·
Penempatan
kelas
·
Dll[7]
4. Faktor-Faktor Yang
Mempengarui Pengelolahan Kelas
Menurut
suharsimi Arikunto (1992 : 179 ) Pengelolahan kelas bukanlah pemasalahan yang
berdiri sendiri ,tertapi terkait dengan berbagai faktor.pemasalahan anak didik
adalah faktor utama yang terkait lansung
dalam hal ini,karena pengelolahan kelas yang di gunakan guru tidal lain
adalah untuk meningkatkan kegairahan
belajar anak didik baik secara kelompok maupun secara individual
Masalahan
pengelolahan kelas menurut suharsimi Arikunto (1992 : 184) bukan pula merupakan
tugas yang ringan.berbagai faktor yang mempengarui pengelolahan kelas ada dua
yaitu faktor interen eksteren.faktor interen ,siswa berhubungan dengan masa
emosi ,pikiran dan perlaku.sedangkan faktor eksteren ,siswa terkait dengan
masalah suasana lingkungan belajar penempatan siswa pengelompokan siswa ,jumlah
siswa di kelas dan sebagainya.
Adapun
faktor lain yang mempengarui pengelolahan kelas :
- Kurikulum
Kurikulum
haruslah di rancang dalam membatu anak-anak mencapai tujaan pendidikan ,yang di
selengarakansecara berencana dan terarah serta teroganisir,karna kegiatan kelas
bukan sekedar di pusatkan pada penyampaian selanjutnya materi pembelajaran atau
pengetahuan yang bersifat intelektualistik akan tetapi juga memperhatikan aspek
pembentukan pribadi baik sebagai
makluk individual dan makluk sosial maupun sebagai makluk yang
bermoral.
- Gedung dan serana kelas atau sekolah
Perencanaan
dalam membagun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan
luas setiap ruangan ,letak dan dekorasinya yang harus disesuaikan dengan
kurikulum yang di perkunakan
- Guru
Guru juga
harus bisa menciptakan suasana dalam kelas agar terjadi mengajar yang dapat memotevasi siswa untuk
belajar dengan baik dan sunggu-sunggu.
- Murid
Murid
sebagai unsur kelas harus perasaan kebersamaan ,hal tersebut merupakan kondisi
yang sangat penting untuk terciptanya kelas yang dinamis.oleh karna itu setiap
murid harus memiliki perasaan terhadap kelasnya dan ikut serta dalam kegiatan
kelas.
- Dinamika kelas
Dinamika
kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif
secara terarah yang dikembangkan melalui kratifitas dan inisiatif murid sebagai
suatu kelompok ,untuk untuk itu setiap wali atau guru kelas harus berusaha
menyalurkan berbagai saran ,pendapat,gagasan, potensi dan energi yang dimiliki
murid menjadi kegiatan –kegiatan yang berguna .dengan demikian kelas tidak akan
berlansung secara menbosankan
Dinamika
kelas ini di pengarui oleh berbagai komponen yang sangat di saratkan dalam
pengelolahan kelas :
1) Kegiatan administrasi
manajemen
ü Perencanaan kelas
ü Pengorganisasian
kelas
ü Pengarahan kelas
koordinasi kelas
ü Komunikasi kelas
ü Kontrol kelas
2) Penataan ruangan dan alat pengajaran
ü Pengaturan ruangan
belajar
ü Pengaturan empat
duduk
ü Ventelasi dan
pengaturan cahaya
ü Pengaturan penyimpan
barang
3) Kedesiplinan kelas
Di sekolah
disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingah laku pesera didik yang di
kehendaki agar tugas –tugas di sekolah
dapat berjalan dengan optimal.
ANALISIS PRIBADI
Seperti yang telah penulis pahami, manajemen kelas itu merupakan aspek
pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru
baru, dan bahkan guru yang telah berpengalaman. Karena calon guru, guru baru,
dan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat
belajar dengan optimal. Dalam artian guru mampu menyampaikan bahan pelajaran
dan dapat diterima oleh peserta didik dengan baik.
Penciptaan kelas yang nyaman merupakan kajian dari manajemen kelas. Sebab
manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam uapayanya menciptakan
dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik untuk belajar
dengan baik.
Dalam kelas segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses;
guru dengan segala kemampuannya; murid dengan segala latar belakang dan
potensinya; kurikulum dengan segala komponennya; metode dengan segala
pendekatannya; media dengan segala perangkatnya; materi dengan segala sumber
belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Sementara itu, hasil
pembelajaran ditentukan pula segala sesuatu yang terjadi di kelas. Oleh karena
itu, selayaknyalah kelas dimanajemeni secara baik, profesional, dan
berkelanjutan. Untuk sampai pada tujuan yang dimaksud terlebih dahulu
diperlukan pemahaman akan hal-hal umum/prinsip-prinsip manajemen kelas sebelum
sampai kepada pemahaman yang lebih khusus. Bab ini adalah bab yang mengulas
tentang konsep dasar, prinsip-prinsip manajemen kelas yang bahasannya
meliputi:; pengertian manajemen kelas; tujuan, dan masalah manajemn kelas,
ruang lingkup manajemen kelas. Pemahaman akan konsep dasar manajemen kelas ini
penting dikuasai sebelum hal-hal khusus diketahui.
JUDUL 4
“PRINSIP - PRINSIP PENGOLOLAAN
“PRINSIP - PRINSIP PENGOLOLAAN
KELAS”
A. Pengertian Prinsip Dasar Pengololaan Kelas
Bahwasannya kalau kita membicarakan mengenai prinsip ,
hal itu merupakan sebuah pandangan , acuan dan pegangan yang memang harus ada
dimiliki oleh seorang pendidik. Seperti yang harus ada dalam prinsip ini adalah
:
1.
Memiliki Stabilitas emosi, hal ini
harus ada pada diri seorang pendidik, karena didalam local atau dilapangan
pendidik ini akan menghadapi peserta didiknya yang beragam jenis juga
prilakunnya.
2.
Optimis, dari optimis ini seorang
pendidik akan memunculkan rasa percaya diri dari pendidik tersebut.
3.
Sederhana, disini yang dimaksud
dengan sederhana tersebut adalah dari segala aspek yang menjadi kepribadian
dari seorang pendidik yang patut dijadikan contoh oleh peserta didiknya,
seperti : penampilan, bahasa atau gaya
berbicara, dll
4.
Adil / Objektif, dalam pengelolaan
kelas tersebut pendidik memang dituntut untk berprilku adil, dan tidak memihak
pada satu pihak saja, dapat juga dirinci adil disini adalah :
a.
Adil dalam kelas, dari segi
pandangan mata dalam penguasaan audiens dalam lokal
b.
Adil dalam proses pembelajaran,
maksud disini dalam kelancaran proses belajar mengajar guru harus bersifat
adil, baik dari segi pemberian nilai dan lain – lain.
5.
Hangat dan antusias, Maksudnya
disini adalah peserta didik atau audien yang sedang dihadapi, itu senang
belajar dan menerima pelajaran dari pendidiknya tersebut, tidak membosankan
terhadap pelajaran yang disuguhkan kepadanya.
6.
Kejujuran, maksudnya disini adalah
jujur dalam bertindak, baik pemberian nilai, menggilirkan pertanyaan kepada
peserta didik, dan lain – lain sebagainya.
Sedangkan kalau
kita membicarakan Pengelolaan kelas hal itu merupakan suatu hal yang dilakukan
oleh seorang pendidik dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dengan tujuan
agar terciptannya kegiatan belajar mengajar yang optimal, sehingga kompetensi
yang diharapkan tersebut memang benar – benar tercapai.
Jadi disini dalam proses pengelolaan kelas ini, memang
sangat mengharapkan manajemen yang mantap dari pendidik, baik dari segi
kwalitas ilmu yang akan diberikan kepada peserta didik, maupun bentuk tindakan
yag akan dilaksanakan dalam penyampaian materi ajar kepada peserta didik,
sehingga pembelajaran yang maksimal dan kompetensi yang diharapkan tersebut
akan tercapai.
Adapun factor yang mempengaruhi dalam pengololaan
kelas ini :
1.
Faktor Intern ( Dalam )
` Hal
ini merupakan suatu yang terkait langsuang dengan diri peserta didik , baik
mosi, atau perbedaan yang lainnya .
Jadi di point satu ini dapat penulis tuliskan
pendapat, bahwasannya seorang pendidik itu juga harus mengetahui keadaan yang
sedang dialami oleh peserta didiknya, karena hal itu sangat penting dan sangat
berpengaruh sekali dalam proses belajar mengajar, kenapa demikian, seandainya
seorang pendidik tidak mengetahui hal ini, tentu juga metode yang cocok dalam
peyaluran materi ajar yang akan disampaikan juga tidak tepat, sedangkan kita
tahu, bahwa metode dan strategi yang digunakan dalam proses belajar mengajar
ini sangat berpengaruh sekali terhadap kelangsungan proses belajar mengajar.
2.
Faktor Ekstern ( Luar )
Maksudnya faktor ekstern disini adalah yang mempengaruhi
pengelolaan kelas ini juga beasal dari luar, hal ini juga harus diketahui oleh
seorang pendidik, kenapa demikian, karena dalam proses pengololaan kelas yang
ideal, dengan tujuankita agar materi yang akan disampaikan tersebut dapat
disampaikan dan diserap oleh peserta didik dengan baik, sehingga indicator yang
diharapkan tersebut tercapai, tentu keadaan sekitarnya dominant juga dalam
menentukan dan mewujudkan apa yang diharapkan tersebut.
Sebagai contoh bagi kita, kondisi tempat dimana kita
akan mengajarkan bahan ajar tersebut kepada peserta didik, contoh kecilnya saja
kondisi local tempat siswa belajar, tentu harus kita perkirakan juga berapa se
idealnya efektifitas siswa yang wajar didalamnya, karena kondisi lokal yang
ditempati siswa itu juga sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar
mengajar.
Jadi dari permasalahan diatas peran guru atau pendidik
disini adalah bagaimana seorang guru atau pendidik ini mampu dan tanggap dalam
mengelolah kelas sehingga informasi yang disampaikan kepada peserta didik ini
tersampaikan dengan baik, dan mudah dicernah oleh peserta didik tersebut, dan
indicator yang diharapkan tersebut memang tercapai dengan baik.
B. Macam – Macam Prinsip Dalam Pengelolaan Kelas
a. Hangat dan Antusias
Hangat dan antusias ini sangat diharapkan dalam proses
belajar mengajar, kenapa demikian ? karena seorang pendidik yang merasa
menyenangkan bagi anak didiknya akan menentukan juga akan kondisi belajar pada
anak didiknya.
Sebagai contoh bagi kita, seandainnya seorang pendidik
itu sangat menyenangkan rasanya bagi anak didiknya, tentu tingkat kebosanan
menerima bahan pelajaran dari pendidik yang bersangkutan tentu akan berjurang
juga, kalau tingkat kebosanan atau kejenuhan itu sdah berkurang, tentu pelajaran yang diberikan oleh pendidik
tersebut dengan mudah juga dimengerti dan disukaioleh peserta didik.
b. Tantangan
Dalam
proses belajar mengajar dan memeneg kelas dengan baik, tantangan ini juga
sangan besar pengaruhnya, tantangan maksudnya disini adalah bagaimana seorang
pendidik mampu untuk memberikan tantangan yang sifatnya dapat menimbulkan
gairah bagi peserta didik dalam menerima bahan pelajaran yang disampaikan.
c. Bervariasi
Maksudnya
bervariasi disini adalah dalam kelangsungan proses belajar mengajar, hendaknya
pendidik jangan bersifat dan cendrung monoton dalam menyampaikan materi
pelajaran tersebut. Mungkin disini pendidik bisa memvariasikan metode yang
digunakan dalam menyampaikan materi tersebut. Mungkin dengan menggunakan media
sebagai penunjang dalam menyampaikan bahan ajar, karena kevariasian yang
digunakan oleh pendidik ini adalah salah satu kunci sukses dalam pencapaian
pengelolaan kelas.
d.
Keluwesan
Dalam
keluwesan tingkah laku guru sangat diharapkan juga dalam mengubah strategi
mengajar, yang berkemungkinan munculnya gangguan siswa dalam menciptakan iklim
belajar yang kondusif.
e. Penekanan pada Hal – hal
yang positif
Maksudnya
disini adalah hendaknya pendidik dalam mengajarkan ilmu ke peserta didik tidak
hanya terbatas pada pokok materi saja, tetapi juga memberikan masukan – masukan
yag positif kepada anak didik, karena hal itu juga sangat menentukan dalam
tercapainya yang namanya keberhasilan dalam mendidik tersebut.
Karena
kita tahu bahwasannya yang namanya keberhasilan dalam mendidik itu tidak cukup
hanya dengan materi pokok bahan ajar saja, tetapi realisasinya apa yang telah
didapatkan peserta didik tersebut dalam kehidupan nya sehari – hari juga sangat
menntukan apakah pendidikan itu berhasil atau tidak,
Jadi
kesimpulannya disini menurut penulis keberhasilan dalam mendidik tersebut tidak
hanya cukup dengan mengajarkan materi yang ada dalam silabus saja, tetapi
hendaknnya pendidik itu juga memperhatikan dengan seksama perkembangan peserta
didik dalam menerapkan apa yang telah didapatkannya di lembaga pendidikan
tersebut dalam kehidupan nya di masyarakat atau dilapangan.
- Penerapan disiplin diri
Dan
juga tujuan dari pengelolaan kelas ini bagaimana pendidik tersebut berupaya
untuk menerapkan ke disiplinan diri pada peserta didiknya,hendaknya semua itu
di aktualisasikan terlebih dahulu oleh pendidik tersebut, sehinga pendidik
tersebut menjadi contoh juga bagi anak didiknya dalam menerapkan kedisiplinan
dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
C.
Strategi
Mengimplementasikan Prinsip – Prisip Pengelolaan Kelas
Ada
beberapa Prinsip dalam pengelolaan kelas ini, diantaranya adalah :
a.
Pendidik tersebut memberikan
keteladanan
b.
Memberikan tugas – tugas untuk
memecahkan masalah , menganalisis, mengambil keputusan dan sebagainya
c.
Menyelenggarakan berbagai
percobaan
d.
Memberi semangat dan mengaktifkan
peserta didik supaya tetap berminat
e.
Berusaha memusatkan perhatian pada
tugas – tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar
f.
Pengalaman yang akan diberikan
kepada peserta didik hendaknya pengalaman- pengalaman yag telah dimiliki oleh
pendidik
g.
Penggunaan alat peraga dan
berbagia metode belajar
h.
Memberikan kesempatan
berpartisipasi untuk mencapai hasil yang diharapkan.
ANALISIS PRIBADI
Aspek yang paling penting dalam proses
belajar-mengajar yaitu pengelolaan kelas, dimana disana proses terjadinya
tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas secara efisien dan memungkinkan murid bisa belajar
dengan nyaman.
Pengelolaan kelas juga merupakan
keterampilan guru untuk menciptakan dan memihara kondii belajara yang optimal
dan mengembalikan bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.Dan dalam
sebuah kelas seorang guru sebenarnya mempunyai dua masalah pokok yaitu masalah
penajaran dan maanajemen dimana keduanya mempunyai penanganan sendiri.
Pengajaran harus diatasi dengan cara pengajarn yang baik, sedangkan manajemen
dengan cara pengelolan. Dalam pengelolaan kelas seorang guru atau pendidik
harus mampu menguasi dan memahami apa itu tujuan berbagai pendekatan dan juga
prinsip-prinsip pengelolaan kelas.
Permasalahan
pengelolaan kelas tentu banyak terjadi. Untuk memperkecil masalah tersebut,
maka prinsip-prinsip pengelolaan kelas sangat membantu. Oleh karena itu penting
bagi seorang guru atau pendidik untuk mengetahui dan
menguasai tentang prinsip-prinsip penngelolaan kelas. Nah.. makalah diatas sudah
menjelaskan beberapa macam bentuk prinsip dalam pengelolaan kelas, diantaranya
yaitu “hangat dan atusias”, tujuan tak lain dan tak bukan yakni membuat siswa
betah berada di dalam kelas.
JUDUL 5
“MENCIPTAKAN KELAS YANG KONDUSIF”
A.
Pendahuluan
Dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru
harus dituntut agar memiliki berbagai keterampilan-keterampilan yang berkaitan
dengan mengajar dan suasana belajar, disamping keilmuan atau keahliannya pada
bidang studi yang diajarkannya. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki
oleh guru yaiti keterampilan mengelola kelas, bagaima seorang guru itu mampu
menciptakan suatu kondisi yang kondusif baik pra pembelajaram ketiak
pembelajaran berlangsung, maupun pasca pembelajaran,
Oleh karena itu dalam menata agar terciptanya
kondusi yangk kondusif ini seorang guru perlu untuk menata lingkunga fisik
kelas yang kondusif dan mempersiapka suasana kelas yang kondusif. Penciptaan
kondisi kelas yang kondusif ini bertujuan agara proses belajar mengajar bisa
berjalan dengan baik, dan tujuan dari materi yang diajarkan bisa tercapai. Tapi apabila kondisi kelas tidak kondusif
atau acak-acakan, baik itu secara fisik maupun secara non fisik, tentu ini akan
mendatangkan efek yang tidak baik, seperti siswa menjadi bosan dalam lokal.
Meribut, atau mengganggu teman lain.
B.
Pembahasan
1.
Menata lingkungan fisik
kelas yang kondusif
Lingkungan kelas yang
kondusif akan sangat mendukung sekali terhadap prsoses dan pencapaian hasil belajar, oleh
karena itu seorang guru harus menata
suasana kelas terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai. Salah satu suasana
yang perlu untuk dikondusifkan yaitu linngkungan fisik kelas yang diajar.
Menurut muhammad saroni (2006 : 82),
lingkungan belajar terdiri atas hal utama yaitu; “a) lingkungan fisik,
b) lingkungan sosial, c) lingkungan budaya”.
Tanpa adanya lingkungan fisik tentu proses
pembelajaran tidak akan bejalan, atau bahkan tidak akan pernah terjadi, karena
lingkungan fisik ini merupakan salah satu aspek penunjang yang sangat berkontribusi
terhadap proses belajar. Menurut Muhammad Saroni lingkungan fisik yaitu “mampu
memberikan peluang gerak dan segala aspek yang berhubungan dengan upaya-upaya
penyegaran pikiran bagi siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang sangat
membosankan”.
Dari pengertian diatas dapat kita lihat bahawa
dengan adanya lingkungan fisik yang kondusif, akan menjadikan siswa/peserta
didik menjadi tenanf, nyaman, dan tidak bosan. Karna walau bagaimanpun juga
proses pembelajaran itu membutuhkan energi dan konsentrasi tinggi agar
palajaran yang disampaikan bisa diserap oleh otak. Apabila lingkungan kelas
tempat belajar tidak kondusif, seperti kotor, prasarana tidak lengkap, atau
tidak layak pakai tentu ini akan menghambat proses belajar.
Lingkungan fisik bisa meliputi sarana dan
prasarana pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah. Saran yang kondusif akan membawa pada kondisi
pembelajaran kondisif juga, seperti adanya fentilasi , bangku dan meja, yang
sesuai dengan kondisi peserta didik.
Lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruangan
yang menarik, efektif dan mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
Kelas yang tidak ditata denga rapi akn menjadi penghambat bagi guru dan siswa
untuk melakukan proses pembelajaran. Seperti terjadinya penataan tempat duduk
yang mengganggu lalu lintas
pembelajaran, atau penempatan barang-barang yang tidak sesuai dengan fungsinya,
dapat menghambat proses pembelajaran.
Tujuan utama penataan lingkungan fisik kelas
adalah mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah munculnya tingkah laku siswa
yang tidak diharapkan, melalui penataan tempat duduk, perabot dan dan
barang-barang lain yang ada didalam kelas, sehingga memungkin terjadinya
interksi aktif antara guru dan siswa dalam belajar. Selain itu penataan harus
memungkinkan guru untuk dapat memantau semua tingkah laku siswa, sehingga siswa
dapat memusatkan perhatiannya dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut
louisel ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru ketika menata lingkungan
fisik kelas yaitu:
1)
Visibiliti,
yaitu penempatan
dan penataan barang –barang didalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa,
sehingga siswa bisa dengan leluasa memandang guru, benda ataupun kegiatan yang
sedang berlangsung.
2)
Accebility
yaitu ruangan kelas memudahkan siswa untuk
meraih dan mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran.
3)
Flexibility
yaitu
barang-barang dalam kelas mudah untuk ditata dan dipindahkan. Seperti kondisi tempat duduk yang perlu dipindahkan apabila
proses pembelajaran menggunakn metode diskusi.
4)
Kenyamanan.
Yaitu, berkenaan dengan pengaturan temperature
ruangan, cahaya, suara dan kepadatan kelas.
5)
Keindahan
Yaitu usaha guru untuk menata ruang kelas yang
indah, dan menyenangkan serta kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas
yang indah ini dapat berpengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa
terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penataan
kondisi fisik ruangan kelas yaitu:
1)
Ukuran dan Bentuk kelas
2)
Bentuk serta ukuran bangku dan meja
Apabila tempat duduk bagus, tidak terlalu
rendah, tidak terlalu besar,tidak berat, dan sesuai dengan postur anak didik
maka anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang.
3)
Jumlah siswa dalam kelas
Menurut syaiful bahri Djamarah pelaksanaan
proses belajar mengajar yang efektif adalah jika sebuah kelas terdiri dari
30-40 orang siswa. Dengan jumlah yang sesuai dengan kapasitas maka dapat
menimbulkan suasana kelas yang diinginkan. [8]
4)
Jumlah siswa dalam setiap kelompok
5)
Jumlah kelompok dalam kelas
6)
Komposisi siswa dalam kelompok
2.
Mempersiapkan suasana kelas yang kondusif
Selain
kondisi fisik, suasana kelas atau kondisi non fisik kelas juga perlu untuk
dipersiapkan. Karena walaupun kondisi fisik kelas sudah konduisf, tapi suasana
belum mendukung tentu proses pembelajaran tidak bisa dumulai. Karena proses
pembelajaran merupakan aktivitas sadar yang dapat dilakukan untuk dapat
menguasai satu atau beberapa kondisi kompetensi sebagai milik sendiri.
Menurut Muhammad Saroni ( 2006 : 71 ) pembelajaran
kondusif yaitu “mengisyaratkan suatu kondisi pembelajaran yang dapat
mengakomodir secara maksimal segala kepentingan yang berhubungan dengan proses
pembelajaran, dengan kondisi kelas yang kondusif siswa dan guru dapat
melaksanakan tugas sebaik-baiknya[9]”.
Pembelajaran
merupakan sebuah proses yang memerlukan sederetan langkah-langkah yang perlu
untuk menuju pembelajaran itu. Kita tidak bisa langsung kepada pembelajaran
sebelum mempersiapkan segala pendukungnya. Persiapan yang dimaksudkan disini
adalah selain sarana prasara juga kondusi (suasana) pembelajaran yang kondusif.
Suasana
kelas yang kondisif lebih berkaitan dengan keadaan psikologis atau non fisik
kelas. Artinya bagaiman proses pembelajaran akan dimulai itu benar-benar sudah
terasa nyaman dan tentram, tidak lagi meribut dan adanya konsentrasi atau
perhatian penuh dari siswa. Menurut Mulyasa (2008 : 91 ) keterampilan mengelola
kelas ini memiliki dua komponen yaitu: “a) Penciptaan dan pemeliharaan iklim
belajar yang optimal; b) Keterampilan yang berkaitan dengan pengendalian
kondisi belajar yang optimal”.
Berdasrkan
kutipan diatas terlihat bahwa seorang guru harus bisa untuk menciptakan
kondisi kelas yang kondusif ketika belajar, sehingga tercapainya tujuan
pembelajaran. Sebagai seorang guru seharusnya sebelum mmeberikan materi harus
bisa memenuhi prasyarat penciptaan kelas yang kondusif, dan kondisi ini hanya
akan mampu diciptkan oleh guru yang selalu berfikir bahwa proses pembelajaran
tidak akan bisa terlaksana dengan baik, jika kondsinnya belum kondusif dan
tidak mendukung, tapi seorang guru yang hanya mengedepankan tujuan kurikulum
semata yang harus selesai tepat waktu, mereka cenderung mengabaikan kondisi,
sehingga walaupun suasana belum kondusif pembelajaran akan tetap dimulai.
ANALISIS PRIBADI
Dari makalh diatas saya beropsesi bahwasanya untuk menumbuhkan jiwa
semangat anak dalam belajar perlu peran seorang guru yang professional yang
mempu mengangkat jati diri anak dan membawanya untuk mejjadi seorang yang
semangat
dan tidak malas dalam belajar. Sering dijumpai pada peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran terlebih dalam mengikuti pelajaran tertentu, peserta didik semakin malas belajar, malas pergi sekolah, dalam kelas mengantuk serta kalau tidak bercanda dengan kawan-kawan lainnya sehingga menimbulkan kegaduhan dalam kelas. Semua itu tergantung pada guru yang dapat mengolah dan mengontrol anak dalam kelas untuk terciptanya suasana belajar yang kondusif dan efektif.
Menurut penulis berdasarkan deskripsi di atas sangat diperlukan penciptaan suasana belajar yang efektif dengan memerankan guru yang professional dalam artian guru yang professional adalah yang mampu membimbing, membina, serta mengarahkan anak didik kepada yang lebih baik sesuai dengan norma-norma dan nilai ajaran agama. Selain itu mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif serta menjadi cermin dan teladan bagi anak-anak.
dan tidak malas dalam belajar. Sering dijumpai pada peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran terlebih dalam mengikuti pelajaran tertentu, peserta didik semakin malas belajar, malas pergi sekolah, dalam kelas mengantuk serta kalau tidak bercanda dengan kawan-kawan lainnya sehingga menimbulkan kegaduhan dalam kelas. Semua itu tergantung pada guru yang dapat mengolah dan mengontrol anak dalam kelas untuk terciptanya suasana belajar yang kondusif dan efektif.
Menurut penulis berdasarkan deskripsi di atas sangat diperlukan penciptaan suasana belajar yang efektif dengan memerankan guru yang professional dalam artian guru yang professional adalah yang mampu membimbing, membina, serta mengarahkan anak didik kepada yang lebih baik sesuai dengan norma-norma dan nilai ajaran agama. Selain itu mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif serta menjadi cermin dan teladan bagi anak-anak.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Demikianlah
tugas akhir ini penulis selesaikan, mohon maaf munkin masih banyak terdapat
kesalahan dalam penulisan makalah tugas akhir ini. Terimakasih atas perhatiannya,
waslamu’laikum w w.
0 komentar:
Post a Comment