Friday, June 21, 2013

Kumpulan Makalah Manajemen Kelas ( Tugas Akhir)

Diposkan oleh KADRY BONJOLY di 4:23 PM

Bab I
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
            Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dari MANAJEMEN KELAS INI”.
            Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

                                          Batusangkar   mei 2013
                                                                            
                                                                                

K.A.D.R.I
11 104 056




BAB II
JUDUL 1.
“MEMBANGUN KOMITMEN DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN KELAS”
  1. Konsep Displin (komitmen)
Secara etimilogi kata “disiplin” berasal dari bahasa Latin “discipline” yang berarti “intruksi”. Selain itu  kata “disiplin” juga berarti “to learn/belajar” dengan turunan kata ”discipulus” yang berarti murid. Jadi, pengembangan konsep disiplin melalui belajar mengajar dimaksudkan agar melalui belajar mengajar anak didik dapat mengembangkan disiplin akan dirinya sendiri.
Sedangkan secara terminologi, sebagaimana diungkapkan oleh para ahli disiplin berarti:
1.      Burrup dalam bukunya “Modren High School Administration” : “The connetation of discipline are varied. Dictionaries refer to it as punishment, control informed, obidience training inteligent behavior and in other semilair term”.
2.      Elsbree dalam bukunya “Leadership in Elementary Schdool Administration and Supervision” : “He should accept the philosophy that discipline any action have two purpose”.
3.      Chester Harris : “Discipline refers fundamentally to the principle that each organisme learns in some degree to control it self so as to con form to the forces arouud it with wich it has experiences”.



4.      Defenisi ini memberi beberapa unsur pengertian yaitu:
a.       Berisi moral yang mengatur tata kehidupan
b.      Pengembangan ego dengan segala masalah instrinsik yang mengharuskan orang untuk menentukan pilihan
c.       Pertumbuhan kekuatan untuk memberi jawaban terhadap setiap aturan yang disampaikan
d.      Penerimaan autoritas ekstramal yang membantu seseorang untuk membentuk kemampuan dan keterbatasan hidup.
5.      Robert E. Quin Cs dalam Prawirosentono (1999:32) mengatakan: “Discipline implies obedience and respect for the agreement between the firm and its employee. Discipline also involves sanction judiciously applied”.
6.      Prawirosentono (1999:31) mengemukakan bahwa secara umum disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku.
7.      Menurut Suradinata (1996:150), disiplin pada dasarnya mencakup pelajaran, patuh, taat, kesetiaan, hormat kepada ketentuan/peraturan/norma yang berlaku.[1]
8.      Selain itu Olive mengemukakan bahwa disiplin mengandung beberapa pengertian, diantaranya:
a.       The creation and presenvasion of condition assential to work (kreasi dan persiapan kondisi pokok untuk bekerja)
b.      Self control (kontrol diri)
c.       Prepation for a dult (persiapan sebagai warga negara yang dewasa)
d.      Intellegence and borning (penurutan yang sadar)
e.       Training and borning acceptable behavior (melatih dan belajar tingkah laku yang dapat diterima)
f.       Sejumlah pengontrolan guru terhadap murid
g.      Penurutan yang dipaksakan
h.      Pengontrolan dan pengarahan energi yang menghasilkan tingkah laku yang produktif.
Jadi, disiplin adalah sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu. Dalam arti lain, disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada hatinya. [2]
Macam-macam disiplin adalah:
a.       Disiplin tradisional yaitu disiplin yang bersifat menekan, menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian yang terdidik.
b.      Disiplin modren yaitu pendidikan hanya menciptakan situasi yang memungkinkan agar si terdidik dapat mengatur dirinya.
c.       Disiplin liberal yaitu disiplin yang diberikan sehingga anak merasa memiliki kebebasan tampa batas.[3]

Disiplin  juga digolongkan beberapa macam lainnya, yaitu:
a.       Disiplin buatan guru
Bertujuan untuk menciptakan  situasi yang baik demi berlangsung PBM yang tertib. Dimana, situasi ini diciptakan, dibina dan dikembangkan oleh guru dengan baik tampa melupakan kepentingan siswa.
b.      Disiplin buatan kelompok
Dibuat oleh kelompok yang berisi aturan-aturan yang sama dan ditaati oleh para aggotanya.
c.       Disiplin diri sendiri
Disiplin inilah yang akan membuat siswa menjadi mandiri, bertanggung jawab serta matang berfikir terhadap dirinya sendiri, kelompok serta masyarakatnya.
d.      Disiplin karena tugas
Semakin tinggi kedisiplinan seseorang maka semakin mudah baginya menentukan keperluaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

e.       Disiplin asertif
Yaitu berupa suatu pendekatan yang membantu guru dalam melaksnakan tugasnya sebagai pengelola kelas dengan penuh kepercayaan kepada dirinya.

Untuk dapat mengwujudkan disiplin yang tinggi, maka disiplin harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya:
a.       Bersifat berkesinambungan (kontinuitas) dan konsisten
b.      Fleksibel (tidak otoriter)
c.       Adanya batas-batas yang pasti mana yang boleh dan tidak boleh
d.      Kepastian hukum
e.       Adanya komunikasi (yang sehat dan konstruktif tanpa unsur merendahkan dan melecehkan)

  1. Mendisain Peraturan (Learning Kontrak) Dalam Pembelajaran
Peraturan adalah sesuatu yang mengatur prilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa.[4] Jadi, dengan adanya peraturan dapat menghasilkan sebuah sikap dan prilaku yang muncul dari siswa itu sendiri dengan kesadaran sendiri.
Dimana peraturan merupakan tatanan ketentuan yang dibuat untuk mengatur siswa agar proses belajar mengajar dapat berlangsung efektif dan efesien. Dalam mendesain peraturan pembelajaran ada beberapa peraturan yang harus diterapkan, diantaranya:
a.       Sebelum pelajaran dimulai:
·         Siswa yang bertugas piket, sebelum bel masuk berbunyi sudah harus membereskan ruangan dan menyediakan perlengkapan yang diperlukan.
·         Setelah bel tanda masuk berbunyi, siswa berbaris didepan kelas, kemudian mereka masuk dengan tertib ke dalam kelas.
·         Siswa mengadakan upacara penghormatan bendera dipimpin oleh guru.
·         Sebelum pelajaran dimulai, siswa harus berdoa, dipimpin oleh ketua kelas.
·         Siswa yang datang terlambat harus melapor terlebih dahulu kepada guru piket.
·         Guru mengabsen kehadiran siswa dan siswa yang tidak hadir dituliskan pada daftar presensi berikut alasannya (alpa, izin, atau sakit)
b.      Selama pelajaran berlangsung:
·         Siswa harus duduk dengan rapi dan mengikuti pelajaran dengan seksama.
·         Bila tidak memahami pelajaran diperkenankan untuk bertanya  tentang pelajaran yang diberikan.
·         Siswa dilarang mengerjakan pekerjaan lain selain pelajaran yang bersangkutan.
·         Dengan seizin guru dan kepala sekolah, apabila ada keperluan yang sangat penting siswa bisa keluar meninggalkan pelajaran.
·         Siswa dilarang makan-makan, merokok atau mengotori ruangan selama pelajaran berlangsung.
·         Siswa harus bersikap sopan dan hormat kepada guru dan sesama siswa selama pelajaran berlangsung.
c.       Selama waktu istirahat:
·         Semua siswa harus meninggalkan kelas.
·         Siswa betul-betul  memamfaatkan waktu itu untuk istirahat.
·         Siswa tidak boleh meninggalkan lingkungan sekolah tampa izin guru dan atau kepala sekolah.
·         Siswa tidak boleh melakukan hal-hal yang membahayakan.

d.      Sesudah pelajaran berakhir:
·         Siswa hendaknya memberikan hormat kepada guru, dipimpin oleh ketua kelas.
·         Siswa harus berdoa dipimpin oleh ketua kelas.
·         Sebelum pulang, para siswa harus meneliti perlengkapan pelajaran jangan sampai ada yang ketinggalan.
·         Petugas piket harus membereskan ruangan kelas kembali dan meletakkan alat-alat yang digunakan pada tempatnya semula.[5]



















ANALISIS PRIBADI

1.        DISIPLIN
Dari makalah diatas  terlihat jelas bahwasanya pembiasaan disiplin pada diri anak penting karena dengan disiplin dapat memantapkan peran social anak.Orang yang terlatih disiplin akan lebih besar kemungkinannya meraih keberhasilan ketimbang orang yang tidak disiplin. Dalam penanaman disiplin perlu peran orang tua di rumah maupun guru di sekolah. Dalam pendisiplinan anak, banyak aspek-aspek yang berkaitan, di antaranya adalah menyangkut peran orang tua dan guru dalam pendisiplinan anak, penyesuaian diri anak dan penerimaan lingkungan pada anak. Disiplin dapat dikatakan sebagai alat pendidikan bagi anak, sebab dengandisiplin anak dapat membentuk sikap teratur dan mentaati norma aturan yang ada
            Jika anak sudah disiplin dalam melakukan suatu hal, maka guru pun tidak payah lagi dalam pengelolaan kelas, karena siswa telah sadar akan tanggung jawabnya sebagai seorang siswa. Dan akan mendukungf kelancaran proses belajar mengajar.

2.                  Mendisain Peraturan (Learning Kontrak) Dalam Pembelajaran
Agar terciptanya sikap-sikap disiplin pada siswa, tentunya ada beberapa factor pendukungnya, seperti mendisaign peraturan dalam belajar. Mendisain peraturan dalam pengelolaan kelas merupakan suatu hal yang dapat menciptakan pembelajaran yang kondusif dan efektif. Seharusnya peraturan yang di disain di bahas bersama-sama dengan peserta didik bahkan bisa diserahkan kepada peserta didik sehingga akan timbul kesadaran pada diri peserta didik karena peraturan yang akan dilanggar merupakan kesepakatan dia sendiri. Maka jika dia melanggar dia akan menjalani hukuman dengan kesadarannya sendiri, dan hendaknya hukuman yang diberikan bersifat mendidik dan education. Dan menghilangkan hukuman yang dengan kekerasan, yang menimbulkan kekesalan kepada siswa dan tidak ada manfaatnya bagi siswa.

Interaksi pembelajaran yang ada di dalam kelas terjadi dua arah, yang pertama interaksi antara guru dengan murid dan interaksi antara siswa dengan siswa. Dalam menjalin komunikasi didalam kelas, setiap individu pasti akan melakukan suatu kesalahan, baik itu disengaja ataupun tidak. Maka guru perlu untuk membuat kesepakata bersama dengan siswa dalam bentuk sebuah kontrak belajar.
Saya pikir, setiap guru memang harus membuat kontrak belajar pada suatu proses pembelajaran. Dengan adanya kontrak belajar, maka guru dan siswa akan lebih mendisiplinkan diri masing-masing serta tidak ada yang akan protes dengan hukuman yang diberikan ketika melanggar salah satu kontrak yang telah disepakati bersama.
Menurut saya, kontrak belajar bukanlah untuk mengekang kebebasan siswa karena kontrak belajar adalah segenap peraturan yang telah disepakati secara musyawarah bersama didalam kelas. Malahan akan lebih meningkatkan kedisiplinan siswa dalam pembelajaran.
Dengan adanya kontrak belajar, saya pikir siswa akan lebih mengetahui batasan-batasan yang tidak boleh ia langgar. Sehingga ia bisa lebih berhati-hati dalam berbuat sesuatu. Kalaupun ia melanggar, ia juga telah mengetahui konsekwensi dari apa yang telah ia lakukan





JUDUL 2
“PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN / MANAJEMEN KELAS”
A.    Bentuk-bentuk Pendekatan dalam Manajemen Kelas
Macam-macam pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas, diantaranya: 
1.      Pendekatan otoriter
Pendekatan ini memandang pengelolaan kelas sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan  adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya.  Didalamnya ada kekuasan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
Kelebihan dari pendekatan ini adalah terciptanya suatu disiplin tinggi dalam bentuk peraturan atau norma-norma yang harus ditaati sehingga terciptanya suatu ketertiban di kelas.
Kelemahannya adalah pendekatan ini kurang efektif . guru yang menganut pendekatan ini umumnya menganggap apa yang ia katakan adalah mutlak benar. Guru dianggap yang paling tahu.siswa kurang diberi kesempatan untuk mengemukakan dan mengembangkan ide atau buah pikirannya.
Contohnya:  Seorang guru langsung mengusir anak didiknya yang berbicara di kelas tanpa mempertimbangkan  alasan yang diberikan anak didiknya tersebut. Guru menganggap anak didiknya tersebut tidak disiplin.

2.      Pendekatan permisif
Pendekatan ini menganggap pengelolaan kelas sebagai suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan apa saja yang mereka kehendaki  dalam proses belajar mengajar. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didiknya. Pendekatan ini memandang kebebasan tersebut dapat mengembangkan setiap potensi yang ada dalam diri anak didik.
Kelebihan pendekatan ini adalah proses pembelajaran menjadi santai. Siswa merasa tidak terkekang dan tidak terpaksa dalam belajar. Siswa diberi banyak kesempatan untuk mengemukakan dan mengembangkan ide atau buah pikirannya.
Sedangkan kelemahannya adalah pendekatan ini tidak realistis. Pendekatan ini dapat menghasilakan anak didik yang serba tidak mamatuhi aturan, nilai budaya, dan agama baik dilingkungan rumah tangga atau keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Contohnya: Seorang guru membiarkan anak didiknya makan-makan selama proses belajar mengajar berlangsung dengan anggapan bahwa mereka akan lebih konsentrasi lagi dalam belajar mengajar.

3.      Pendekatan permisif
Pendekatan ini menganggap pengelolaan kelas sebagai suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan apa saja yang mereka kehendaki  dalam proses belajar mengajar. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didiknya. Pendekatan ini memandang kebebasan tersebut dapat mengembangkan setiap potensi yang ada dalam diri anak didik.
. Pendekatan ini menganggap pengelolaan kelas sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
Pendekatan ini cukup efektif untuk dilaksanakan karena tingkah laku positif anak didik dapat terkembangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
Kelemahannya yaitu siswa menjadi bergantung kepada guru dalam mengembangkan sikap baiknya. Siswa tersebut akan teransang bertingkah baik bila ada sebuah pujian dari guru dan sebagainya.
Contohnya: Guru memberikan pujian dan hadiah kepada anak yang bertingkah laku baik dan memberikan sanksi kepada anak yang bertingkah laku buruk dengan tujuan anak tersebut mengulangi perbuatannya itu lagi.

4.      Pendekatan sosio emotional climate
Pendekatan ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim atau suasana sosio-emosinal yang positif dalam kelas. Pendekatan ini berasumsi bahwa belajar dapat dimaksimalkan apabila berlangsung dalam suasana yang positif berupa pemantapan hubungan-hubungan sehat antar pribadi didalam kelas, baik hubungan antara guru dan siswa maupun sesame siswa.
Pendekatan ini dapat diandalkan karena dapat meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dengan adanya rasa kebersamaan dan kepercayaan antara guru dan siswa, siswa tersebut akan bersemangat dalam belajarnya. Namun bila guru tidak pintar-pintar dalam menjaga kebersamaan dengan siswa, bias jadi guru yang dimanfaatkan oleh siswa.
Contohnya: Guru menghargai setiap ada anak didiknya yang mengemukakan pendapatnya, walaupun pendapatnya itu kurang tepat.
  
5.      Pendekatan group process (kerja kelompok)
Pendekatan group process adalah usaha guru mengelompokkan anak didik kedalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga terciptanya suasana kelas yang bergairah. Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, selain itu guru harus menjaga kondisi itu agar tetap baik.
Kelebihan pendekatan ini adalahdapat memantapkan dan memelihara organisasi  kelas yang efektif berupa terciptanya keakraban antar sesama siswa. Pendekatan ini mengajari siswa bertanggung jawab atas kelompoknya. Namun dalam pendekatan ini ditakutkan adanya tindakan intimidasi dan  sikuat menekan silemah, maksudnya setiap tugas kelompok hanya dibebankan sebagian orang saja.
Contohnya: Adanya bentuk kerja kelompok disetiap pembelajaran dan setiap ada permasalahan dari seorang siswa, maka itu dianggap permasalahan kelompok.

6.      Pendekatan electric approach
Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan sesuatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan kondisi.
Menurut Djamarah, pendekatan elektis adalah guru kelas memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapi dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi yang lain mungkin mengkombinasikan pendekatan-pendekatan tersebut.
Pendekatan ini mungkin lebih efektif  karena cukup fleksibel, dimana guru memilih dan menggabungkan secara bebas berbagai macam pendekatan sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada.

7.      Pendekatan kompetensi
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bias dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pealajaran yang baik.
Kelebihan pendekatan kompetensi ini adalah proses pembelajaran disetting secara baik.
Contohnya: Sebelum masuk kelas, guru benar-benar mempersiapkan diri baik penguasaan materi maupun mental untuk dapat menghadapi anak didiknya.

8.      Pendekatan keterampilan proses
Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses, aktifitas, dan kreatifitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-sehari. Pendekatan ini khusus pada cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan  belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Pendekatan keterampilan proses ini menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana mengelola perolehannya, sehingga dipahami dan dapat dipakai seabagai bekal untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya di masyarakat.
Pembelajaran berdasarkan pedekatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal berikut yaitu:
a.       Keaktifan peserta didik didorong oleh kemauan untuk belajar  karena adanya tujuan yang ingin dicapai.
b.      Keaktifan peserta didik akan berkembang jika dilandasi dengan pendayagunaan potensi yang dimilikinya.
c.       Suasana kelas dapat mendorong atau mengurangi aktifitas peserta didik . Suasana kelas harus dikelola dengan baik agar dapat merangsang aktifitas dan kreatifitas belajar peserta didik.
d.      Dalam kegiatan pembelajaran, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar melalui bimbingan dan motivasi untuk mencapai tujuan.

9.      Pendektan lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik, jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungannya.
Dalam pendekatan lingkungan, pelajaran disusun sekitar hubungan dan faedah. Isi dan prosedur disusun hingga mempunyai makna dan ada hubungannya antara peserta didik dengan lingkungannya. Pengetahuan yang diberikan harus memberi jalan keluar bagi peserta didik dalam menanggapi lingkungannya. Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada dilingkungan sekitar, baik dilingkungan rumah maupun dilingkungan sekolah.
Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara berikut:
a.       Membawa peserta didik kelingkungan untuk kepentingan pembelajaran.
b.      Membawa sumber-sumber belajar dari lingkungan ke sekolah.

10.  Pendekatan kontekstual (contextual teaching and  learning / CTL)
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual ini adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Pendekatan kontekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami.
Pendekatan kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat., makna, dan manfaat belajar sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat mepraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya.
Contohnya: Guru memulai pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanyajawab lisan tentang kondisi aktual dalam kehidupan siswa (daily life).
 
11.  Pendekatan tematik.
Pendekatan tematik ialah cara pengemasan pelajaran dalam sebuah tema dari mata pelajaran. Sebuah tema bisa memuat beberapa bidang keahlian yang dipelajari. Hasil akhir bukanlah hal yang utama  melainkan pemaparan, pembukaan cakrawala.  Kemampuan yang diperoleh oleh anak bisa jadi beragam, tidak harus sama pada setiap anak didik tersebut. Keunikan masing-masing anak harus dihargai. Beberapa anak mungkin bisa membaca lebih dahulu dari anak lain, dan sebagainya.
Pendekatan tematik adalah sebuah cara untuk tidak membatasi anak dalam sebuah mata pelajaran dalam  mempelajari sesuatu, misalnya: sambil belajar mengenal hewan ia juga belajar mewarnai.   



Analisis Pribadi
Menurut saya guru merupakan tenaga profesional sehingga guru tidak disamakan dengan seorang tukang. Seorang tukang cukup mengikuti petunjuk yang terdapat dalam buku petunjuk. Sementara seorang guru peranannya sebagai pengelola aktivitas yang harus bekerja berdasar pada kerangka acuan pendakatan manajemen kelas.
            Mengelola kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada ketrampilan memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian yang beragam, ini tergantung pada sumber permasalahan.
            Guru harus memiliki, memahami dan terampil dalam menggunakan macam-macam pendekatan dalam manajemen kelas, meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami dan dimilikinya dipergunakan bersamaan atau sekailgus. Dalam hal ini , guru dituntut untuk terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang menyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapi.
            Untuk mengatasi hal tersebut diatas, maka dibutuhkanlah beberapa macam pendekatan yang telah dibahas dalam makalah diatas.



JUDUL 3
“KONSEP DASAR PENGELOLAHAN KELAS”

1.      Pengertian
Manajemen kelas berasal dari  bahasa inggris yaitu “management”yang artinya pengelolahan, tata laksana, tata pimpinan Kelas adalah sebuah ruangan yang di batasi oleh empat diding yang di gunakan dalam proses belajar mengajar oleh sekelompok siswa yang pada waktu , tempat dan guru yang sama dalam pembelajaran.
Oemar malik berpendapat (2006 : 175) bahwa kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan secara bersama-sama dan mendapat pembelajaran dari gurunya
Jadi manajemen kelas adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan guru di dalam kelas ,menciptakan ,mempertahankan ,dan menperbaiki kondisi kelas yang optimal sehingaga menjadi efektif dan efesien yang meliputi tujuan pembelajaran ,waktu, peralatan,fasilitas belajar  dan pengelompokan siswa dalam belajar
Terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu :
a. Masalah Individual :
·         Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
·         Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan)
·         Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
·         Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.

b. Masalah Kelompok :
·         Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
·         Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
·         Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.
·         "Membombong” anggota kelas yang melanggar norma kelompok.
·         Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
·         Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.
2.      Tujuan Pengelolahan Kelas
Menurut suharsimi Arikunto (1992 : 178) Tujuan pengelolahan kelas yaitu agar setiap anak di kelas dapat belajar dengan tertip  sehinga tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien[6].adapun tujuan pengelolahan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan.secara umumtujuan pengelolahan kelas adalah penyedian fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingungan sosial,emosianal,dan intelektualdalam kelas
Adapun tujuan pengelolahan kelas lainnya adalah:
a.       Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menhalangi terwujudnya lingungan sosial,emosional dan intelektual siswa di kelas.
b.      Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang ekonomi,sosial budaya serta sifat-sifat individunya
c.       Terciptanya suasana atau kondisi belajar mengajar yang kondusif(lancar,di siplin, dan bergaira)
d.      Terjadinya hubungan baik antar guru dengan, siswa dengan siswa
Dari pengertian dan tujuan tersebut menjelaskan pentingnya pengelolaan kelas yang merupakan salah satu kemampuan dan keterampilan penting yang harus di kuasahi oleh setip guru.

3.      Kegiatan Pengelolahan Kelas
a.       mengatur orang
ü  tingka laku
ü  kedisiplinan
ü  minat atau perhatian
ü  gaira belajar
ü  dinamika kelompok
b.       mengatur vasilitas belajar
·          Kenyamanan
·          Letak duduk
·          Penempatan kelas
·          Dll[7]

4.      Faktor-Faktor Yang Mempengarui Pengelolahan Kelas
Menurut suharsimi Arikunto (1992 : 179 ) Pengelolahan kelas bukanlah pemasalahan yang berdiri sendiri ,tertapi terkait dengan berbagai faktor.pemasalahan anak didik adalah faktor utama yang terkait lansung  dalam hal ini,karena pengelolahan kelas yang di gunakan guru tidal lain adalah  untuk meningkatkan kegairahan belajar anak didik baik secara kelompok maupun secara individual
Masalahan pengelolahan kelas menurut suharsimi Arikunto (1992 : 184) bukan pula merupakan tugas yang ringan.berbagai faktor yang mempengarui pengelolahan kelas ada dua yaitu faktor interen eksteren.faktor interen ,siswa berhubungan dengan masa emosi ,pikiran dan perlaku.sedangkan faktor eksteren ,siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar penempatan siswa pengelompokan siswa ,jumlah siswa di kelas dan sebagainya.
Adapun faktor lain yang mempengarui pengelolahan kelas :
  1. Kurikulum
Kurikulum haruslah di rancang dalam membatu anak-anak mencapai tujaan pendidikan ,yang di selengarakansecara berencana dan terarah serta teroganisir,karna kegiatan kelas bukan sekedar di pusatkan pada penyampaian selanjutnya materi pembelajaran atau pengetahuan yang bersifat intelektualistik akan tetapi juga memperhatikan aspek pembentukan pribadi  baik sebagai makluk  individual  dan makluk sosial maupun sebagai makluk yang bermoral.
  1. Gedung dan serana kelas atau sekolah
Perencanaan dalam membagun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan ,letak dan dekorasinya yang harus disesuaikan dengan kurikulum yang di perkunakan
  1. Guru 
Guru juga harus bisa menciptakan suasana dalam kelas agar terjadi  mengajar yang dapat memotevasi siswa untuk belajar dengan baik  dan sunggu-sunggu.
  1. Murid
Murid sebagai unsur kelas harus perasaan kebersamaan ,hal tersebut merupakan kondisi yang sangat penting untuk terciptanya kelas yang dinamis.oleh karna itu setiap murid harus memiliki perasaan terhadap kelasnya dan ikut serta dalam kegiatan kelas.
  1. Dinamika kelas
Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kratifitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok ,untuk untuk itu setiap wali atau guru kelas harus berusaha menyalurkan berbagai saran ,pendapat,gagasan, potensi dan energi yang dimiliki murid menjadi kegiatan –kegiatan yang berguna .dengan demikian kelas tidak akan berlansung secara menbosankan
Dinamika kelas ini di pengarui oleh berbagai komponen yang sangat di saratkan dalam pengelolahan kelas :
1)      Kegiatan administrasi manajemen
ü  Perencanaan kelas
ü  Pengorganisasian kelas
ü  Pengarahan kelas koordinasi kelas
ü  Komunikasi kelas
ü  Kontrol kelas
2)       Penataan ruangan dan alat pengajaran
ü  Pengaturan ruangan belajar
ü  Pengaturan empat duduk
ü  Ventelasi dan pengaturan cahaya
ü  Pengaturan penyimpan barang
3)      Kedesiplinan kelas
Di sekolah disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingah laku pesera didik yang di kehendaki  agar tugas –tugas di sekolah dapat berjalan dengan optimal.



ANALISIS PRIBADI
Seperti yang telah penulis pahami, manajemen kelas itu merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru baru, dan bahkan guru yang telah berpengalaman. Karena calon guru, guru baru, dan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam artian guru mampu menyampaikan bahan pelajaran dan dapat diterima oleh  peserta didik dengan baik.
Penciptaan kelas yang nyaman merupakan kajian dari manajemen kelas. Sebab manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam uapayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan baik.
Dalam kelas segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses; guru dengan segala kemampuannya; murid dengan segala latar belakang dan potensinya; kurikulum dengan segala komponennya; metode dengan segala pendekatannya; media dengan segala perangkatnya; materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Sementara itu,  hasil pembelajaran ditentukan pula segala sesuatu yang terjadi di kelas. Oleh karena itu, selayaknyalah kelas dimanajemeni secara baik, profesional, dan berkelanjutan. Untuk sampai pada tujuan yang dimaksud terlebih dahulu diperlukan pemahaman akan hal­-hal umum/prinsip-prinsip manajemen kelas sebelum sampai kepada pemahaman yang lebih khusus. Bab ini adalah bab yang mengulas tentang konsep dasar, prinsip-prinsip manajemen kelas yang bahasannya meliputi:; pengertian manajemen kelas; tujuan, dan masalah manajemn kelas, ruang lingkup manajemen kelas. Pemahaman akan konsep dasar manajemen kelas ini penting dikuasai sebelum hal-hal khusus diketahui.




JUDUL 4
“PRINSIP - PRINSIP PENGOLOLAAN
KELAS”

A.  Pengertian Prinsip Dasar Pengololaan Kelas
Bahwasannya kalau kita membicarakan mengenai prinsip , hal itu merupakan sebuah pandangan , acuan dan pegangan yang memang harus ada dimiliki oleh seorang pendidik. Seperti yang harus ada dalam prinsip ini adalah :
1.      Memiliki Stabilitas emosi, hal ini harus ada pada diri seorang pendidik, karena didalam local atau dilapangan pendidik ini akan menghadapi peserta didiknya yang beragam jenis juga prilakunnya.
2.      Optimis, dari optimis ini seorang pendidik akan memunculkan rasa percaya diri dari pendidik tersebut.
3.      Sederhana, disini yang dimaksud dengan sederhana tersebut adalah dari segala aspek yang menjadi kepribadian dari seorang pendidik yang patut dijadikan contoh oleh peserta didiknya, seperti : penampilan, bahasa atau gaya berbicara, dll
4.      Adil / Objektif, dalam pengelolaan kelas tersebut pendidik memang dituntut untk berprilku adil, dan tidak memihak pada satu pihak saja, dapat juga dirinci adil disini adalah :
a.       Adil dalam kelas, dari segi pandangan mata dalam penguasaan audiens dalam lokal
b.      Adil dalam proses pembelajaran, maksud disini dalam kelancaran proses belajar mengajar guru harus bersifat adil, baik dari segi pemberian nilai dan lain – lain.
5.      Hangat dan antusias, Maksudnya disini adalah peserta didik atau audien yang sedang dihadapi, itu senang belajar dan menerima pelajaran dari pendidiknya tersebut, tidak membosankan terhadap pelajaran yang disuguhkan kepadanya.
6.      Kejujuran, maksudnya disini adalah jujur dalam bertindak, baik pemberian nilai, menggilirkan pertanyaan kepada peserta didik, dan lain – lain sebagainya.

Sedangkan  kalau kita membicarakan Pengelolaan kelas hal itu merupakan suatu hal yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dengan tujuan agar terciptannya kegiatan belajar mengajar yang optimal, sehingga kompetensi yang diharapkan tersebut memang benar – benar tercapai.
Jadi disini dalam proses pengelolaan kelas ini, memang sangat mengharapkan manajemen yang mantap dari pendidik, baik dari segi kwalitas ilmu yang akan diberikan kepada peserta didik, maupun bentuk tindakan yag akan dilaksanakan dalam penyampaian materi ajar kepada peserta didik, sehingga pembelajaran yang maksimal dan kompetensi yang diharapkan tersebut akan tercapai.
Adapun factor yang mempengaruhi dalam pengololaan kelas ini :
1.      Faktor Intern (  Dalam )
`           Hal ini merupakan suatu yang terkait langsuang dengan diri peserta didik , baik mosi, atau perbedaan yang lainnya .    
Jadi di point satu ini dapat penulis tuliskan pendapat, bahwasannya seorang pendidik itu juga harus mengetahui keadaan yang sedang dialami oleh peserta didiknya, karena hal itu sangat penting dan sangat berpengaruh sekali dalam proses belajar mengajar, kenapa demikian, seandainya seorang pendidik tidak mengetahui hal ini, tentu juga metode yang cocok dalam peyaluran materi ajar yang akan disampaikan juga tidak tepat, sedangkan kita tahu, bahwa metode dan strategi yang digunakan dalam proses belajar mengajar ini sangat berpengaruh sekali terhadap kelangsungan proses belajar mengajar.
2.      Faktor Ekstern ( Luar )
Maksudnya faktor ekstern disini adalah yang mempengaruhi pengelolaan kelas ini juga beasal dari luar, hal ini juga harus diketahui oleh seorang pendidik, kenapa demikian, karena dalam proses pengololaan kelas yang ideal, dengan tujuankita agar materi yang akan disampaikan tersebut dapat disampaikan dan diserap oleh peserta didik dengan baik, sehingga indicator yang diharapkan tersebut tercapai, tentu keadaan sekitarnya dominant juga dalam menentukan dan mewujudkan apa yang diharapkan tersebut.
Sebagai contoh bagi kita, kondisi tempat dimana kita akan mengajarkan bahan ajar tersebut kepada peserta didik, contoh kecilnya saja kondisi local tempat siswa belajar, tentu harus kita perkirakan juga berapa se idealnya efektifitas siswa yang wajar didalamnya, karena kondisi lokal yang ditempati siswa itu juga sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar mengajar.
Jadi dari permasalahan diatas peran guru atau pendidik disini adalah bagaimana seorang guru atau pendidik ini mampu dan tanggap dalam mengelolah kelas sehingga informasi yang disampaikan kepada peserta didik ini tersampaikan dengan baik, dan mudah dicernah oleh peserta didik tersebut, dan indicator yang diharapkan tersebut memang tercapai dengan baik.
B.  Macam – Macam Prinsip Dalam Pengelolaan Kelas
a.  Hangat dan Antusias
Hangat dan antusias ini sangat diharapkan dalam proses belajar mengajar, kenapa demikian ? karena seorang pendidik yang merasa menyenangkan bagi anak didiknya akan menentukan juga akan kondisi belajar pada anak didiknya.
Sebagai contoh bagi kita, seandainnya seorang pendidik itu sangat menyenangkan rasanya bagi anak didiknya, tentu tingkat kebosanan menerima bahan pelajaran dari pendidik yang bersangkutan tentu akan berjurang juga, kalau tingkat kebosanan atau kejenuhan itu sdah berkurang, tentu  pelajaran yang diberikan oleh pendidik tersebut dengan mudah juga dimengerti dan disukaioleh peserta didik.

b. Tantangan
               Dalam proses belajar mengajar dan memeneg kelas dengan baik, tantangan ini juga sangan besar pengaruhnya, tantangan maksudnya disini adalah bagaimana seorang pendidik mampu untuk memberikan tantangan yang sifatnya dapat menimbulkan gairah bagi peserta didik dalam menerima bahan pelajaran yang disampaikan.

c.  Bervariasi
                        Maksudnya bervariasi disini adalah dalam kelangsungan proses belajar mengajar, hendaknya pendidik jangan bersifat dan cendrung monoton dalam menyampaikan materi pelajaran tersebut. Mungkin disini pendidik bisa memvariasikan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi tersebut. Mungkin dengan menggunakan media sebagai penunjang dalam menyampaikan bahan ajar, karena kevariasian yang digunakan oleh pendidik ini adalah salah satu kunci sukses dalam pencapaian pengelolaan kelas.
d.                         Keluwesan
                  Dalam keluwesan tingkah laku guru sangat diharapkan juga dalam mengubah strategi mengajar, yang berkemungkinan munculnya gangguan siswa dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif.
e.  Penekanan pada Hal – hal yang positif
               Maksudnya disini adalah hendaknya pendidik dalam mengajarkan ilmu ke peserta didik tidak hanya terbatas pada pokok materi saja, tetapi juga memberikan masukan – masukan yag positif kepada anak didik, karena hal itu juga sangat menentukan dalam tercapainya yang namanya keberhasilan dalam mendidik tersebut.
               Karena kita tahu bahwasannya yang namanya keberhasilan dalam mendidik itu tidak cukup hanya dengan materi pokok bahan ajar saja, tetapi realisasinya apa yang telah didapatkan peserta didik tersebut dalam kehidupan nya sehari – hari juga sangat menntukan apakah pendidikan itu berhasil atau tidak,
               Jadi kesimpulannya disini menurut penulis keberhasilan dalam mendidik tersebut tidak hanya cukup dengan mengajarkan materi yang ada dalam silabus saja, tetapi hendaknnya pendidik itu juga memperhatikan dengan seksama perkembangan peserta didik dalam menerapkan apa yang telah didapatkannya di lembaga pendidikan tersebut dalam kehidupan nya di masyarakat atau dilapangan.
  1. Penerapan disiplin diri
                  Dan juga tujuan dari pengelolaan kelas ini bagaimana pendidik tersebut berupaya untuk menerapkan ke disiplinan diri pada peserta didiknya,hendaknya semua itu di aktualisasikan terlebih dahulu oleh pendidik tersebut, sehinga pendidik tersebut menjadi contoh juga bagi anak didiknya dalam menerapkan kedisiplinan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
C.     Strategi Mengimplementasikan Prinsip – Prisip Pengelolaan Kelas
Ada beberapa Prinsip dalam pengelolaan kelas ini, diantaranya adalah :
a.       Pendidik tersebut memberikan keteladanan
b.      Memberikan tugas – tugas untuk memecahkan masalah , menganalisis, mengambil keputusan dan sebagainya
c.       Menyelenggarakan berbagai percobaan
d.      Memberi semangat dan mengaktifkan peserta didik supaya tetap berminat
e.       Berusaha memusatkan perhatian pada tugas – tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar
f.       Pengalaman yang akan diberikan kepada peserta didik hendaknya pengalaman- pengalaman yag telah dimiliki oleh pendidik
g.      Penggunaan alat peraga dan berbagia metode belajar
h.      Memberikan kesempatan berpartisipasi untuk mencapai hasil yang diharapkan.









ANALISIS PRIBADI
Aspek yang paling penting dalam proses belajar-mengajar yaitu pengelolaan kelas, dimana disana proses terjadinya tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas secara efisien dan memungkinkan murid bisa belajar dengan nyaman.
                          Pengelolaan kelas juga merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memihara kondii belajara yang optimal dan mengembalikan bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.Dan dalam sebuah kelas seorang guru sebenarnya mempunyai dua masalah pokok yaitu masalah penajaran dan maanajemen dimana keduanya mempunyai penanganan sendiri. Pengajaran harus diatasi dengan cara pengajarn yang baik, sedangkan manajemen dengan cara pengelolan. Dalam pengelolaan kelas seorang guru atau pendidik harus mampu menguasi dan memahami apa itu tujuan berbagai pendekatan dan juga prinsip-prinsip pengelolaan kelas.
                        Permasalahan pengelolaan kelas tentu banyak terjadi. Untuk memperkecil masalah tersebut, maka prinsip-prinsip pengelolaan kelas sangat membantu. Oleh karena itu penting bagi seorang guru atau pendidik untuk mengetahui dan menguasai tentang prinsip-prinsip penngelolaan kelas. Nah.. makalah diatas sudah menjelaskan beberapa macam bentuk prinsip dalam pengelolaan kelas, diantaranya yaitu “hangat dan atusias”, tujuan tak lain dan tak bukan yakni membuat siswa betah berada di dalam kelas.




JUDUL 5
“MENCIPTAKAN KELAS YANG KONDUSIF”
A.    Pendahuluan
Dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru harus dituntut agar memiliki berbagai keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan mengajar dan suasana belajar, disamping keilmuan atau keahliannya pada bidang studi yang diajarkannya. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh guru yaiti keterampilan mengelola kelas, bagaima seorang guru itu mampu menciptakan suatu kondisi yang kondusif baik pra pembelajaram ketiak pembelajaran berlangsung, maupun pasca pembelajaran,
Oleh karena itu dalam menata agar terciptanya kondusi yangk kondusif ini seorang guru perlu untuk menata lingkunga fisik kelas yang kondusif dan mempersiapka suasana kelas yang kondusif. Penciptaan kondisi kelas yang kondusif ini bertujuan agara proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik, dan tujuan dari materi yang diajarkan bisa tercapai.  Tapi apabila kondisi kelas tidak kondusif atau acak-acakan, baik itu secara fisik maupun secara non fisik, tentu ini akan mendatangkan efek yang tidak baik, seperti siswa menjadi bosan dalam lokal. Meribut, atau mengganggu teman lain.
B.     Pembahasan
1.      Menata lingkungan fisik kelas yang kondusif
Lingkungan kelas yang kondusif akan sangat mendukung sekali terhadap prsoses dan pencapaian hasil belajar, oleh karena itu seorang  guru harus menata suasana kelas terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai. Salah satu suasana yang perlu untuk dikondusifkan yaitu linngkungan fisik kelas yang diajar. Menurut muhammad saroni (2006 : 82),  lingkungan belajar terdiri atas hal utama yaitu; “a) lingkungan fisik, b) lingkungan sosial, c) lingkungan budaya”.
Tanpa adanya lingkungan fisik tentu proses pembelajaran tidak akan bejalan, atau bahkan tidak akan pernah terjadi, karena lingkungan fisik ini merupakan salah satu aspek penunjang yang sangat berkontribusi terhadap proses belajar. Menurut Muhammad Saroni lingkungan fisik yaitu “mampu memberikan peluang gerak dan segala aspek yang berhubungan dengan upaya-upaya penyegaran pikiran bagi siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang sangat membosankan”.
Dari pengertian diatas dapat kita lihat bahawa dengan adanya lingkungan fisik yang kondusif, akan menjadikan siswa/peserta didik menjadi tenanf, nyaman, dan tidak bosan. Karna walau bagaimanpun juga proses pembelajaran itu membutuhkan energi dan konsentrasi tinggi agar palajaran yang disampaikan bisa diserap oleh otak. Apabila lingkungan kelas tempat belajar tidak kondusif, seperti kotor, prasarana tidak lengkap, atau tidak layak pakai tentu ini akan menghambat proses belajar.
Lingkungan fisik bisa meliputi sarana dan prasarana pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah.  Saran yang kondusif akan membawa pada kondisi pembelajaran kondisif juga, seperti adanya fentilasi , bangku dan meja, yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
Lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruangan yang menarik, efektif dan mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Kelas yang tidak ditata denga rapi akn menjadi penghambat bagi guru dan siswa untuk melakukan proses pembelajaran. Seperti terjadinya penataan tempat duduk yang mengganggu  lalu lintas pembelajaran, atau penempatan barang-barang yang tidak sesuai dengan fungsinya, dapat menghambat proses pembelajaran.
Tujuan utama penataan lingkungan fisik kelas adalah mengarahkan kegiatan siswa dan mencegah munculnya tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, melalui penataan tempat duduk, perabot dan dan barang-barang lain yang ada didalam kelas, sehingga memungkin terjadinya interksi aktif antara guru dan siswa dalam belajar. Selain itu penataan harus memungkinkan guru untuk dapat memantau semua tingkah laku siswa, sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut louisel ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru ketika menata lingkungan fisik kelas yaitu:




1)      Visibiliti,
 yaitu penempatan dan penataan barang –barang didalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa bisa dengan leluasa memandang guru, benda ataupun kegiatan yang sedang berlangsung.
2)      Accebility
yaitu ruangan kelas memudahkan siswa untuk meraih dan mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran.
3)      Flexibility
 yaitu barang-barang dalam kelas mudah untuk ditata dan  dipindahkan. Seperti kondisi  tempat duduk yang perlu dipindahkan apabila proses pembelajaran menggunakn metode diskusi.
4)      Kenyamanan.
Yaitu, berkenaan dengan pengaturan temperature ruangan, cahaya, suara dan kepadatan kelas.
5)      Keindahan
Yaitu usaha guru untuk menata ruang kelas yang indah, dan menyenangkan serta kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah ini dapat berpengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penataan kondisi fisik ruangan kelas yaitu:
1)      Ukuran dan Bentuk kelas
2)      Bentuk serta ukuran bangku dan meja
Apabila tempat duduk bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar,tidak berat, dan sesuai dengan postur anak didik maka anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang.
3)      Jumlah siswa dalam kelas
Menurut syaiful bahri Djamarah pelaksanaan proses belajar mengajar yang efektif adalah jika sebuah kelas terdiri dari 30-40 orang siswa. Dengan jumlah yang sesuai dengan kapasitas maka dapat menimbulkan suasana kelas yang diinginkan. [8]
4)      Jumlah siswa dalam setiap kelompok
5)      Jumlah kelompok dalam kelas
6)      Komposisi siswa dalam kelompok
2.      Mempersiapkan suasana kelas yang kondusif
Selain kondisi fisik, suasana kelas atau kondisi non fisik kelas juga perlu untuk dipersiapkan. Karena walaupun kondisi fisik kelas sudah konduisf, tapi suasana belum mendukung tentu proses pembelajaran tidak bisa dumulai. Karena proses pembelajaran merupakan aktivitas sadar yang dapat dilakukan untuk dapat menguasai satu atau beberapa kondisi kompetensi sebagai milik sendiri.
Menurut Muhammad Saroni ( 2006 : 71 ) pembelajaran kondusif yaitu “mengisyaratkan suatu kondisi pembelajaran yang dapat mengakomodir secara maksimal segala kepentingan yang berhubungan dengan proses pembelajaran, dengan kondisi kelas yang kondusif siswa dan guru dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya[9]”.
Pembelajaran merupakan sebuah proses yang memerlukan sederetan langkah-langkah yang perlu untuk menuju pembelajaran itu. Kita tidak bisa langsung kepada pembelajaran sebelum mempersiapkan segala pendukungnya. Persiapan yang dimaksudkan disini adalah selain sarana prasara juga kondusi (suasana) pembelajaran yang kondusif.
Suasana kelas yang kondisif lebih berkaitan dengan keadaan psikologis atau non fisik kelas. Artinya bagaiman proses pembelajaran akan dimulai itu benar-benar sudah terasa nyaman dan tentram, tidak lagi meribut dan adanya konsentrasi atau perhatian penuh dari siswa. Menurut Mulyasa (2008 : 91 ) keterampilan mengelola kelas ini memiliki dua komponen yaitu: “a) Penciptaan dan pemeliharaan iklim belajar yang optimal; b) Keterampilan yang berkaitan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal”.
Berdasrkan  kutipan diatas terlihat bahwa seorang guru harus bisa untuk menciptakan kondisi kelas yang kondusif ketika belajar, sehingga tercapainya tujuan pembelajaran. Sebagai seorang guru seharusnya sebelum mmeberikan materi harus bisa memenuhi prasyarat penciptaan kelas yang kondusif, dan kondisi ini hanya akan mampu diciptkan oleh guru yang selalu berfikir bahwa proses pembelajaran tidak akan bisa terlaksana dengan baik, jika kondsinnya belum kondusif dan tidak mendukung, tapi seorang guru yang hanya mengedepankan tujuan kurikulum semata yang harus selesai tepat waktu, mereka cenderung mengabaikan kondisi, sehingga walaupun suasana belum kondusif pembelajaran akan tetap dimulai.



ANALISIS PRIBADI
Dari makalh diatas saya beropsesi bahwasanya untuk menumbuhkan jiwa semangat anak dalam belajar perlu peran seorang guru yang professional yang mempu mengangkat jati diri anak dan membawanya untuk mejjadi seorang yang semangat
dan tidak malas dalam belajar. Sering dijumpai pada peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran terlebih dalam mengikuti pelajaran tertentu, peserta didik semakin malas belajar, malas pergi sekolah, dalam kelas mengantuk serta kalau tidak bercanda dengan kawan-kawan lainnya sehingga menimbulkan kegaduhan dalam kelas. Semua itu tergantung pada guru yang dapat mengolah dan mengontrol anak dalam kelas untuk terciptanya suasana belajar yang kondusif dan efektif.

            Menurut penulis berdasarkan deskripsi di atas sangat diperlukan penciptaan suasana belajar yang efektif dengan memerankan guru yang professional dalam artian guru yang professional adalah yang mampu membimbing, membina, serta mengarahkan anak didik kepada yang lebih baik sesuai dengan norma-norma dan nilai ajaran agama. Selain itu mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif serta menjadi cermin dan teladan bagi anak-anak.






BAB III
PENUTUP
            Demikianlah tugas akhir ini penulis selesaikan, mohon maaf munkin masih banyak terdapat kesalahan dalam penulisan makalah tugas akhir ini. Terimakasih atas perhatiannya, waslamu’laikum w w.







[2]              Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Cet ke-1, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990) hlm 114
[3]              Fiet Sahertian, op.cit, hlm. 127
[4]              Suharsimi Arikunto,op,cit, hlm
[5]              Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992) hlm 333-334




0 komentar:

 

Kadri Bonjoly's Blog Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos