BAB
II
PEMBAHASAN
A. Alternative
Pemecahan Masalah Siswa
Untuk memecakan masalah siswa, guru harus memahami permasalahan yang
dialami siswa. adapun cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru agar dapat
memahi permasalahan siswa adalah :
1.
Hadapi siswa dengan tenang, maksudnya seseorang guru
dalam menghadapi siswa haruslah tenang, jangan sampai tegang, kerena apabila
seorang guru tegang atau grogi dalam
menghadapi siswa, maka siswa akan memperolok-olokkan guru. Rasa menghargai guru
akan hilang bagi seorang siswa.
2.
Tidak berprasangka buruk pada siswa dan berlaku adil,
seorang guru atau pendidik tidak boleh berprangsangka buruk kepada siswa,
karena bisa jadi prasangka seorang guru terhadap siswa itu tidak sesuai dengan
kondisi kenyataan yang dialami siswa.
3.
Dapat memyembunyikan perasaan yang sesungguhnya terhadap
siswa, seorang guru harus bisa memyembunyikan perasaan yang sedang dialraminya
kepada siswa agar tidak mengganggu proses belajar mengajar yang sedang
berlansung.
4.
Guru harus bisa memandang sama pada siswa, seorang guru
harus bisa memandang sama siswanya, tidak membedakan antara siswa yang pandai
dengan siswa yang bodoh, siswa yang kaya dengan siswa yang miskin agar tidak
terjadi kecemburuan sosial.
5.
Kosisten, seorang guru harus kosisten dengan apa yang
seharusnya dilakukan seorang peendidik. Apa yang menjadi tanggung jawab seorang
guru harus konsisten dilakukan agar tidak menyalahi kode etik profesi guru.
Dengan cara diatas yang dapat
digunakan oleh guru dalam pemecahan masalah siswa maka, akan dapat tercipta
hubungan yang baik anatara guru dan siswa. Sehingga akan berujung terciptanya
kelas yang kondusif, dan suasana belajar yang nyaman serta efektif dan efisien.[1]
B. Tahapan
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah
merupakan proses mental yang meliputi tiga aspek besar yaitu menemukan,
merumuskan, menerapkkan solusi masalah. Pemecahana masalah merupakan fungsi
intelektual paling kompleks dari semua fungsi intelektual tinggi manusia atau
proses kognitif yang memerlukan kontrol dan keterampilan fundamental.
Adapun langkah-langkah pemecahan masalah atau tahapan pemecahan masalah antara lain :
1.
Mengidentifikasi dan mendefinisikan Masalah
Proses
memecahkan masalah sebaiknya diawali dengan mendefinisikan masalah yang ingin dipecahkan. kita perlu memutuskan apa yang ingin kita capai dan menuliskannya.
Langkah menuliskan masalah memaksa kita untuk berpikir tentang apa yang sebenarnya kita juga menuliskan cara untuk memecahkan
merumuskan apa sesungguhnya yang ingin kita capai.
2.
Menganalisis Masalah
Langkah
berikutnya dalam proses menganalisis, di mana kita sesungguhnya sekarang? Apa yang ingin kita capai? Apa sesungguhnya yang
menyebabkan kita punya
masalah? Memahami “dari mana masalah itu datang?” Apakah masalah itu relevan
dengan perkembangan kehidupan saat ini?. Apakah kita memiliki perangkat kriteria yang
digunakan untuk mengevaluasi solusi? atau Tahukah kita bahwa ide itu dapat dikerjakan?
Apakah kita dapat memprediksi
waktu yang dihabiskan untuk memecahkan masalah itu? Berapa lama?.
3. Merumuskan Alternatif Solusi Pemecahan Masalah
Bila Anda
telah menemukan masalah yang sebenarnya ingin Anda pecahkan, maka langkah
selanjutnya pikirkan apa yang harus “ Anda lakukan?” Berpa banyak
kemungkinannya? Pada tahap ini Anda harus berkonsentrasi untuk
menghasilkan banyak solusi. Semakin banyak pilihan semakin banyak informasi
yang Anda dapatkan. Di sini harus memperlakukan setiap ide untuk
dipertimbangkan.
1. Menganalisis Solusi
yang Paling Potensial
Bagian dari
proses pemecahan masalah adalah mengamati, menyelidiki, mempertimbangkan
berbagai faktor tentang tiap berbagai solusi pilihan yang potensial.
Mengapa Anda pilih solusi itu? Atas dasar pemikiran apa? Apakah kekuatan
argumentasi yang digunakan untuk menentukan solusi potensial itu? Apakah
informasi yang diganakan sebagai dasar menentukan alternatif solusi itu valid?
Tuliskan beberapa alternatif yang paling potensial dan tuliskan argumentasi
pendukungnya.
2.
Memilih Solusi terbaik dan menyusun rencana tindakan
Ini adalah
bagian dari proses pemecahan masalah yang paling penting, memutuskan solusi
terbaik. Anda telah melihat alterntif yang dipilih secara cermat
dan dengan penilaian yang hati-hati. Tulislah, YA pada gagasan yang
Anda tetapkan.
Ingat selain
mempertimbangkan secara rasional belajarlah menggunakan intuisi. Pengalaman
hidup juga akan membantu Anda menilai memilih alternatif solusil.
Laksanakan solusi itu dengan merumuskan recana kegiatan selanjutnya
3.
Melaksanakan kegiatan atau menerapkan solusi
Bagian dari
proses yang tidak kalah penting adalah menuliskan apa yang akan Anda lakukan
selanjutnya. Sekarang bahwa Anda memiliki solusi yang potensial, kini kerjakan
apa yang seharusnya Anda kerjakan. Pastikan bahwa masalah satu masalah selesai,
4. Mengevaluasi Solusi
Anda perlu
melihat kembali apa sesungguhnya tujuan Anda? Atau, apakah sesungguhnya yang
ingin anda capai? Apakah tujuan tercapai? Jika belum, Apa sesungguhnya
penghambatnya? Apakah Anda menentukan berbagai langkah untuk
mengatasinya? Silakan selesaikan masalah berikutnya.[2]
Tahapan pemecahan masalah menurut para
ahli yaitu :
1.
John Dewey seorang ahli pendidikan
berkebangsaan amerika menjelaskan 6 langkah pemecahan masalah yaitu :
a.
Merumuskan masalah, yaitu langkah
siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
b.
Menganalisis masalah, yaitu
langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
c.
Merumuskan hipotesis, yaitu
langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya.
d.
Mengumpulkan data, yaitu langkah
siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah.
e.
Pengujian hipotesis, yaitu
langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan
penolakan hipotesis yang diajukan.
f.
Merumuskan rekomendasi pemecahan
masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan
sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan
2.
David Johnson & Jhonson
mengemukakan ada 5 langkah metode pemecahan masalah yaitu :
a.
Mendefinisikan masalah, yaitu
merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga
siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa
meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk
dipecahkan.
b.
Mendiagnosis masalah, yaitu
menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor
baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam
penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil,
hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang
dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan.
c.
Merumuskan alternatif
strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi
kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan
pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat
dilakukan.
d.
Menentukan dan menerapkan
strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat
dilakukan.
e.
Melakukan evaluasi, baik evaluasi
proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh
kegiatan pelaksanaan kegiatan; sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhdap
akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.[3]
C. Hukuman
yang Tepat dalam Pengelolaan Kelas
Dalam proses belajar mengajar dan pengelolaan kelas, hukuman
diperlukan untuk menghindari adanya pelanggaran terhadap peraturan dan tata
tertib. Akan tetapi tidak semua pelanggaran diperlukan hukuman, akan tetapi
juga bisa diselesaikan dengan cara yang lebih sempurna tampah adanya hukuman
yang digunakan.
Dalam hal ini
sebelumnya para siswa harus diberitahukan bahwasanya hukuman yang akan
diterpakan apabila melakukan pelanggaran. Dalam hal pendidikan hukuman ini juga
harus diterapkan bahwasanya hukuman itu dapat menakan, menghambat, atau
mengurangi bahkan menghilangkan perbuatan yang menyimpang atau perbuatan yang
dapat mengganggu proses belajar mengajar.
Para
ahli psikologi mengadakan penelitian dan menghasilkan teori mengenai hukuman,
teorinya yaitu :
1. Teori
Kerenggangan
Teori ini mengatakan bahwa dengan diberikannya
hukuman kepada subjek yang melakukan kesalahan tindakan akan menyebabkan
hubungan ransang reaksi antara tindakan salah dengan hukuman menjadi renggang.
Dalam artian dalam teori ini menjadikan individu tersebut menjauh atau
merenggang dengan tindakan yang menyimpang.
2. Teori
Penurunan
Teori ini mengatakan
dengan diberikannya hukuman kepada sesorang yang melakukan kesalahan tindakan,
maka akan menguruangi atau menurunkan frekuensi tinakan negative tersebut.
Menurut Rachlin (1996),
mengenai teori ini ia mengatakan bahwasanya hukuman dapat menyebabkan 2 akibat
yaitu :
a) Efek
emosional sementara
Efek hukuman yang
merupakan rasa tidak enak sihati seseoarang yang mendapat hukuman tetapi
sifatnya hanya sementara.
b) Efek
instrumental jangka penjang
Efek hukuman yang
menyebabkan seseorang yang menerima hukuman tidak mau lagi melakukan tindakan
yang serupa. Dalam artian efek instrumental jangka panjang ialah sesuatu yang
tumbuh dalam diri anak sebagai alat pengontrol agar tidak mau lagi mengulangi
perbuatan yang menyebabkan timbulnya hukuman.
3. Teori
Penjeraan
Dalam teori ini
mengatakan dengan adanya hukuman terhadap seseorang yang melanggar, maka akan
membuat seseorang tersebut menjadi jera dan tidak akan diulangi lagi.
4. Teori
System Motivasi
Ialah teori yang
mengatakan bahwa seseorang yang mendapat hukuman maka akan membuat perubahan
pada dirinya yang man itu bias dijadikannya sebagai motivasi untuk bias berubah
kearah yang lebih baik.
5. Teori
Hukuman Alam
Teori ini dikenal juga
dengan hukuman model Rousseau, karena teori ini dikeluarkan oleh Rousseau yaitu seorang ahli pendidikan pada abab
pertengahan. Ia berpendapat bahwa apabila anak melakukan kesalahan tingka laku,
pendidik tidak perlu memberikan hukuman karena alam sendirilah yang akan
menghukumnya.
Dalam
hal ini hukuman yang diterapkan hendaknya dapat menurunkan frekuensi atau
mengurangi bahkan menghilangkan perbnuatan yang menyimpang, dengan cara
,menimnapakan kepada seseorang yang berbuat salah sesuatu yang menyebabkan
dirinya menderita sehingga tidak mengulangi kesalahan lagi.
Menurut
Good and Brophy, dalam menerapkan hukuman ada beberapa pedoman yaitu :
1. Hukuman
hendaknya dapat dirasakan sebagai sesuatu yang tidak enak atau mencekam,
sehingga menyadarkan seseorang tersebut akan kesalahannya.
2. Hendaknya
hukuman yang diterapkan secara bijaksana, hati-hati, dan teliti agar penerima
hukuman tidak sakit hati pada yang member hukuman.
3. Hukuman
tersebut hendaknya diberikan seringan-ringannya akan tetapi berasa pada orang
yang terkena hukuman.
4. Pemberian
hukuman hendaknya dikombinasikan dengan pernyataan positif, dalam artian selain
diberikan hukuman oramng tersebut hendaknya diberikan masukan atau nasehat supaya tidak mengulaginya lagi.
5. Hendaknya
hukuman yang diberikan disertai dengan sesuatu yang positif.
Contoh hukuman yang dapat diterapkan
menurut Good and Brophy yaitu :
1. Menyuruh
siswa tinggal dalam kelas pada waktu kawan-kawan lain pergi pulang.
2. Menyisikan
siswa dari kegiatan yang memang biasa mereka senagi dan merupakan kegitan
pilihanya.
3. Mengirim
siswa keruang kepala sekolah atau ruang guru.
4. Memberikan
kegiatan yang bermanfaat bagi sekolah merupakan jenis hukuaman yang sangat
baik.
5. Bagi
siswa yang ramai, banyak berbicara, marah, dan bertingkah laku tidak terkontrol
dikelas, maka dapat disuruh duduk menyendiri
disudut kelas.
6. Bagi
anak yang tidak mengerjakan tugas maka dapat diberikan tugas tambahan.
Menurut Emmer dan
kawan-kawannya (1984), jenis
hukuman yang dapat diterpakan adalah :
1. Pengurangan
sekor atau penurunan peringka
Merupakan hukuman yang
paling banyak dipraktekkan disekolah, terutama untuk kesalah siswa yang berupa
terlambat datang, tidak atau terlambat mengumpulkan tugas dan lain
sebagainya. Dalam hal ini guru perlu
cermat menilai dan menentukan kriteria penilaiannya.
2. Pengurangan
hak
Dalam hal ini guru
dituntut pengamatannya lebih teliti, supaya dengan tepat memilikan pengurangan
hak yang tepat bagi setiap siswa.
3. Hukuman
berupa benda
Yang dimaksud dengan
hukuman berupa benda disini adalah denda ,dalam hal ini memang tidak berupa uang tetapi lebih banyak
mempunyai makna pembayaran-payment dalam bentuk pada umumnya berupa pengulangan
pekerjaan.
4. Pemberian
celaan
Pemberian hukuman jenis
ini kepada siswa biasanya digabunbgkan dengan hukuman jenis lain. Siswa yang
melanggar peraturan penting yang diperuntukkan bagi siswa oleh sekolah akan
mendapat celaan.
5. Penahanan
sesudah sekolah
Hukuman ini dapat
diberikan biasanya kepada siswa yang terlambat datang, dan melanggar peraturan
sekolah serta tata terteib kelas.
6. Penyekoresan
Hukuman yang ini
merupakan hukuman yang sangat berat, karena menyangkut aspek administrative
siswa. Penyekoresan merupakan pencabutan hak sebagai siswa untuk sementara
kepada siswa, sehingga ia tidak memiliki hak dan kewajiban di suatu sekolah (
dikeluarkan sementara dari sekolah ).
7. Referral
(refer = menunjuk )
Istilah ini dikenal
dalam bidang bimbingan dan penyuluhan.
Dalam hal ini masalah hukuman yang diterapkan guru dapat mengerim siswa
kepada kepala sekolah, guru pembimbing disekolah dan petugas administrator dalam lingkungan
sekolah.[4]
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Dari uraian diatas penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwasanya dalam pengelolaan kelas ada berberapa
alternatif pemecahan masalah siswa yaitunya :
1.
Hadapi siswa dengan tenang
2.
Tidak berprasangka buruk pada siswa dan berlaku adil
3.
Dapat memyembunyikan perasaan yang sesungguhnya terhadap siswa
4.
Guru harus bisa memandang sama pada siswa
5.
Kosisten
Tahapan pemecahan masalah siswa
yang dilakukan oleh guru dalam pengelolaan kelas adalah :
1.
Mengidentifikasi dan mendefinisikan Masalah
2.
Menganalisis Masalah
3.
Merumuskan Alternatif Solusi Pemecahan Masalah
4.
Menganalisis Solusi yang Paling Potensial
5.
Memilih Solusi terbaik dan menyusun rencana tindakan
6.
Melaksanakan kegiatan atau menerapkan solusi
7. Mengevaluasi Solusi
Hukuman yang dapat
diterapkan dalam pengelolaan kelas adala :
1. Pengurangan
sekor atau penurunan peringka
2. Pengurangan
hak
3. Hukuman
berupa benda
4. Pemberian
celaan
5. Penahanan
sesudah sekolah
6. Penyekoresan
7. Referral
(refer = menunjuk
- Saran
Dengan adanya makalah ini
penulis berharap kepada pembaca agar dapat mejadikan makalah ini sebagai bahan
serta sumber dalam proses pembelajaran dan hendaknya dapat menambah pengetahuan
pembaca mengenai pembahasan yang dibahas dalam makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Suharsimi
Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara
Manusiawi, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1990
http://www.toni_fernando.com.
0 komentar:
Post a Comment